Setiap
gunung api memiliki karakter sendiri. Bahkan gunung yang sama letusan
dan penangananannya juga sangat mungkin berubah dan berbeda-beda. Gunung
Kelud Meletus tentunya mengagetkan. Ya karena tahun 2007 lalu Gunung
ini pernah dinyatakan AWAS sampai mengkhawatirkan namun ternyata
letusannya tidak seperti letusan sebelumnya. Letusan 2007 menghasilkan sumbatan hitam, letusan 2014 sumbatan tersebut pecah meledak ke angkasa debunya bertebaran se pulau Jawa.
Perubahan-perubahan
perilaku gunung ini memang harus diketahui oleh para ahli. Terutama
untuk memperkirakan seperti apa letusan yang bakal terjadi supaya
diantisipasi dampak dan bagaimana menghindarinya.
“Wah berarti ini juga seperti Gunung Merapi Ya ?”
“Ya, tahun 2010 kemarin Gunung Merapi meletus dan arah luncuran awan panasnya berbeda dengan letusan sebelumnya. bahkan meluncur sampai sejauh 17 Km dan arahnya ke selatan. Jadi pengetahuan sejarah gunung api itu penting, Thole”
Pasca 2007, Gunung Kelud yang sebelumnya memiliki “danau terisi air” dipuncaknya, ternyata telah berubah. Pola perubahannya dapat dilihat secara sederhana seperti dibawah ini.
Letusan kelud 2007 tidak menimbulkan letusan besar eksplosive. Hanya mengangkat magma hingga membentuk kubah yang menutup danau. Aktivitas gunung ini meningkat pada akhir September 2007 dan masih
terus berlanjut hingga November tahun 2007, ditandai dengan meningkatnya
suhu air danau kawah, peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan
warna danau kawah dari kehijauan menjadi putih keruh. Status “awas”
(tertinggi) dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi sejak 16 Oktober 2007 yang mengharuskan pengungsian penduduk
dalam radius 10 km dari gunung (lebih kurang 135.000 jiwa) yang tinggal
di lereng gunung tersebut harus mengungsi. Namun, disyukuri letusan
explosive tidak terjadi.
Setelah sempat agak mereda, aktivitas Gunung Kelud kembali meningkat
sejak 30 Oktober 2007 dengan peningkatan pesat suhu air danau kawah dan
kegempaan vulkanik dangkal. Pada tanggal 3 November 2007 sekitar pukul
16.00 suhu air danau melebihi 74 derajat Celsius, jauh di atas normal
gejala letusan sebesar 40 derajat Celsius, sehingga menyebabkan alat
pengukur suhu rusak. Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih
dari 35mm) menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali
tidak terjadi letusan.
Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah
Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti
dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5
November 2007 dan terus “tumbuh” hingga berukuran selebar 100
m. Para ahli vulkanologi menganggap kubah lava inilah yang menyumbat
saluran magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk
letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990.
2006 jadi tujuan wisata |
Letusan 2007 hanya mengangkat magma menjadi penyumbat |
Danau kawah Gunung Kelud praktis “hilang” karena kemunculan kubah
lava yang besar. Yang tersisa hanyalah kolam kecil berisi air keruh
berwarna kecoklatan di sisi selatan kubah lava.
Sumbat yang berwarna hitam ini terodorong oleh aktifitas magma tahun 2014 yang
menyebabkan kerasnya dentuman yang terdengan hingga di Yogyakarta pada
jarak 200 Km dari puncak gunung kelud.
Dengan mengetahui bahwa gunungapi itu
berbeda-beda dan berubah-ubah, perlu dimengerti oleh masyarakat sekitar
gunungapi. Sehingga masyarakat HARUS menikuti petunjuk petugas. juga
perlu harihati dengan beredarnya issue-issue serta HOAX yang membuat
panik. Informasi resmi tentang situasi status (letusan) gunungapi HANYA DARI PVMBG (pusat volkanologi dan mitigasi bencana geologi), bukan dari BMKG ataupun BNPB juga bukan lembaga pemerintah yang lain.
Rovicky Dwi Putrhohari
Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar