. Kesan Saya: Pak Habibie di Mata Najwa

Kesan Saya: Pak Habibie di Mata Najwa

Pak Habibie yang terkenal jenius secara intelektual ternyata jenius secara emosional, Hal itu ditunjukkan dengan apresiasi cintanya yang begitu besar dan kesetiaannya pada sang isteri Ainun. Saya menyaksikan tayangan ulang wawancara di Mata Najwa, ketika ditanya oleh Najwa apakah sampai saat ini ia masih patah hati, Habibie mengatakan dengan mata berkaca-kaca bahwa ia yakin bahwa sampai saat ini Ainun masih menyertainya. Lalu ia mengenakan selendang atau slayer milik Ainun di lehernya.


Kesan Romantis
Saya putar ulang rekaman video wawancara sebelumnya dengan topok "Separuh Jiwaku Pergi", ketika itu diawali dengan percakapan mengenai masa-masa pasca B.J. Habibie ditinggal oleh almarhumah kita begitu terharu melihatnya, Pak Habibie mengungkapkan:
Dalam 48 tahun 10 hari kami bersama,tak pernah kami berpisah..
Saya tidak pernah menyangka ada perasaan yang sehebat ini„,tapi sekaligus perih juga…
Saya tidak pernah bayangkan akan kehilangan seperti ini…
Tapi saya yakin„walaupun separuh jiwa saya serasa pergi„
tapi Ibu tetap tinggal di dalam ini (sambil menepuk dada)
Setiap saya memejamkan mata„
saya merasa bisa melihat Ibu di setiap ruangan ini..”
Kata kata selanjutnya yang beliau lontarkan diucapkan sedemikian rupa agar beliau bisa tegar tanpa separuh jiwanya..
“Aku ingat lekat sepasang mata dan senyumannya,
kini aku merasakan bayang matanya menghilang perlahan – lahan.
Itu masalahku, dan harus kuatasi itu.
ibu memang sudah pergi, tapi dia tidak pernah pergi dari hati saya”
“jika kamu punya rencana masa depan,
saya tidak punya hak untuk tidak menjunjung tinggi rencana dan harapan masa depan kamu itu.”
Najwa juga menanyakan hubungan Habibie dan Soeharto yang tampaknya ada ganjalan, hingga akhir hayat Pak Harto belum bertemu dengan Habibie. Beberapa hari setelah ia dilantik jadi Presiden pada 21 Mei 1998, beliau meminta Menhankam Pangab Wiranto untuk menghubungkannya melalui telepon dengan Pak Harto. Habibie minta bertemu dengan Pak Harto, karena ada banyak hal yang ingin dia tanyakan. Seperti halnya pejabat yang resmi “Timbang Terima”, guna mempelajari apa saja permasalahan yang harus diselesaikannya. 
 
Tapi Pak Harto menolak, “Kalau saya dan kamu ketemu akan merugikan kita semua”, jawab Pak Harto. Tidak baik untuk “kita” maksudnya bagi seluruh bangsa ini, sebab pasti akan ada pihak-pihak yang mengadu domba. “Kamu selesaikan saja permasalahanmu sendiri”, pesan Pak Harto. “Ketahuilah Habibie, setiap kali saya sholat 5 waktu, saya berdoa untukmu agar kamu selamat menjalankan tugasmu”, kata Pak Harto yang membuat Habibie menangis.

Ketika mendengar kabar Pak Harto sakit keras, Habibie dan Bu Ainun terbang langsung dari Munchen untuk menjenguk Pak Harto, namun ternyata setiba di RS ditolak untuk menemui. Kondisi Pak Harto sudah tak bisa bicara, sudah tak sadar. 

Habibie hanya sempat bertemu Pak Quraish Shihab, saat itu Habibie sempat berkata: 
“Saya terbang bermil-mil jauhnya hanya untuk bertemu Pak Harto. Sekarang Pak Harto ada di balik tembok ini, beberapa meter saja dari saya. Kalau saya tak bisa bertemu, baiklah kita doakan saja beliau”. Lalu mereka pun berdoa untuk Pak Harto. Habibie yakin seandainya Pak Harto masih sadar dan bisa bicara, beliau pasti mau menerima dirinya. Dalam persepsi Pak habibie – penolakan Habibie untuk membezuk Pak Harto dilakukan oleh keluarga Pak Harto.

Tanggapan Pemirsa
Menurut Anies Baswedan Pak Habibie adalah satu-satunya presiden di masa peralihan yang tidak memanfaatkan kekuasaannya untuk melanggengkan kekuasaannya. 

Beliau justru memberi jalan bagi upaya reformasi yang tengah diserukan di masa peralihan tersebut. Setelah masa pemerintahannya berakhir dan  laporan pertanggung jawabannya ditolak MPR, beliau dengan legowo mundur, tidak maju lagi untuk mencapreskan diri. Setelah itu beliau juga tidak lagi ngurusi masalah politik, termasuk keberadaannya sebagai tokoh di Partai Golkar. 

Selanjutnya, beliau fokus untuk masalah keluarga saja. Tapi yang mengagumkan, nama Pak Habibie bukannya tenggelam, tapi justru semakin berkibar, dan dinilai sebagai seorang negarawan sejati. 

Pak Habibie, yang semasa memerintahkan banyak yang meremehkan, melecehkan, bahkan  memusuhi, kini berbalik mengagumi beliau. Tidak ada lagi suara sumbang terhadap beliau, kesan ini terlihat sekali pada acara Mata Najwa di atas. 

Pemirsa yang hadir adalah orang-orang top, baik kawan atau pun lawan beliau waktu itu. Tapi kini semua memberikan penilaian yang positif, bahkan seorang Budiman Sudjatmiko sekalipun.

Tidak ada komentar:

.

.
.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...