. KEDEWASAAN INTELEKTUAL

KEDEWASAAN INTELEKTUAL

MENINGKATKAN PENDEWASAAN INTELEKTUAL


PENDAHULUAN

Kebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti kita harus percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah sejalan dengan kecenderungan hawa nafsu atau keinginan, maka dengan kemampuan intelektualnya ia harus dapat membuat reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik maupun mental terhadap pengalaman-pengalaman baru itu sehingga dengan kedewasaan intlektual dapat melakukan suatu pendekatan dalam mencari jawaban. Tidak ada gunanya menangisi yang telah berlalu, maka disitulah terletak wujud dari kedewasaan intelektuannya.

Dengan pondasi kedewasaan rohaniah yang kokok, yang menopang kedewasaan dalam sosial dan emosional, maka kekuatan daya kemauan akan menuntun kemampuan manusia untuk mengungkit potensi dan bakat kedalam kebiasaan pikiran dalam mengamalkan firah manusia.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka kekuatan kebiasaan pikiran dibentuk oleh kemampuan kekuatan berpikir, oleh karena itu gunakan pikiran positif untuk mengubah hidup anda sehingga hidup anda dibentuk oleh pikiran anda sendiri. Jadi untuk mengungkit potensi dan bakat yang ada pada diri sangat bergantung atas memperkuat daya kemauan untuk mengungkit daya ingat melalui pemahaman atas intelektual.

Intelektual adalah kekuatan berpikir dari mengetahui sesuatu yang belum diketahui. Sesuatu yang belum diketahui adalah apa yang disebut dengan kebenaran. Jadi kedewasaan inteletual menjadi satu kekuatan pikiran yang menggambarkan potensi dan bakat manusia yang dapat digerakkan oleh kemampuan berpikir baik yang disadari maupun tidak disadari.

Berpikir disadari artinya berpikir secara metodis( disadari) yang digerakkan oleh dua kekuatan yaitu otak dan hati, sedangkan tidak metodis (tidak disadari) digerakkan oleh kekuatan hati artinya disebut juga intuisi.

Jadi dengan tingkat kedewasaan intelektual akan mampu menggerakkan kekuatan kebiasaan pikiran kedalam sifat berpikir biasa, logis, ilimiah, filsafat dan theologis. Dengan demikian, usaha menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual akan terletak dari kebiasaan yang produktif dari kemampuan manusia untuk mengungkit potensi dan bakat yang tersembunyi sehingga diperlukan kemampuan untuk mendalami hal-hal yang terkait dalam kebiasaan pikiran.

KEBIASAAN PIKIRAN YANG PRODUKTIF

Kebiasaan pikiran yang produktif hanya dapat tumbuh dan meningkat akan bergantung pemahaman yang mendalami mengenai ilmu pengetahuan dan daya kemauan.

Ilmu dapat dipahami secara mendalam dari informasi yang bersendi akan pengetahuan, sehingga pengetahuan adalah tangga pertama bagi ilmu untuk mencari keterangan lebih lanjut. Orang ketahui dahulu sesuatu masalah, barulah orang memikirkan perhubungan sebab dan akibatnya, dengan pikiran itu orang akan sampai pada kemampuan „apa yang harus dilakukan dan mengapa ?“

Sebaliknya pengetahuan yang didapat dari pada pengalaman disebut pengetahuan pengalaman atau disingkat dengan pengetahuan artinya bersendikan dari pengalaman yang biasanya disebut dengan „keterampilan“, dengan pikiran itu orang akan sampai pada kemampuan „bagaimana melakukannya ?“

Daya kemauan disebut keinginan yang bersendikan dari niat yang akan menentukan dengan pikiran itu orang akan sampai pada kemampuan „mau melakukannya ?“

Jadi kekuatan pikiran menjadi kebiasaan yang produktif merupakan prinsip dan pola sikap serta perilaku yang dihayati, bila setiap orang mampu mendalami dan mengintergrasikan dalam prosen berpikir dengan kekuatan untuk memanfaatkan informasi (ilmu), pengalaman (keterampilan) dan niat (daya kemauan menjadi keinginan), akan menjadi suatu kekuatan untuk mampu mengungkit potensi dan bakat yang tersembunyi, sehingga apa yang disebut kebiasaan pikiran adalah kehidupan hati dan jiwa yang mampu untuk memahami, menghayati dan mengamalkan sebagai kekuatan pikiran yang memimpin amal perbuatan.

KEBIASAAN PIKIRAN DALAM PEMBERDAYAAN OTAK

Mendalami perberdayaan otak berarti anda ingin belajar mengenai keterkaitannya dalam memori, naluri, emosi, berpikir, sikap, perilaku, kepribadian, dengan perencanaan, mengorganisir, menggerakkan, kontrol dan aplikasi manajemen pemberdayaan otak, sebagai suatu usaha-usaha dalam meningkatkan kedewasaan intelektual.

Sejalan dengan ungkapan diatas, maka berpikir berarti ada niat untuk menggali tambang emas yang ada pada dirinya sebagai manusia ciptaan Allah SWT, disatu sisi ia harus merencanakan, menggerakkan, memimpin dan mengawasi terhadap unsur memori, emosi dan naluri yang ada dalam otak dan disisi lain bagaimana ia memberdayakan alat berpikir berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk mencari masalah dalam berpikir.

Jadi bila anda berpikir ingin mendapatkan barokah yang bersumber dan merupakan karunia dari sifat Rahman-Rahim (Rahmat)Nya semata berarti anda berpikir memanfaatkan otak mencari jawaban bagaimana syariat lahir adalah untuk diamalkan oleh jasad batin. Oleh karena itu lahir batin anda yang berpadu erat tanpa terpisah-pisah, maka amalan lahir dan batin wajib dilaksanaksanakan serentak dalam satu masa di semua waktu dan keadaan.

Dengan demikian hikmah berpikir harus dapat diaktualisasikan untuk kebaikan dirinya dan orang lain, maka disitulah anda akan menemukan tentang diri anda dengan mengkoordinasi-kan, mengintegrasikan dan mengsinkronisasikan dari proses pemberdayaan otak untuk melakukan perubahan dalam bersikap dan berperilaku di dunia dan di akhirat

Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran. Setiap hari dalam kehidupan anda akan berpikir, sudah tentu bila anda menghadapi suatu masalah, maka anda akan berpikir dalam kategori yang bersungguh-sungguh berarti menjalankan pikiran, memperkembangkan alat berpikir agar mampu menghadapi persolan dan memecahkannya.

Manusia dalam kehidupan kesehariannya tidak pernah melepaskan diri dari berpikir dan karenanya, kita harus memahami alat berpikir yang kita sebut dengan KESADARAN, KECERDASAN DAN AKAL. Ketiga alat berpikir itu bergerak sesuai dengan dorongan dari berpikir untuk mengetahui dari sesuatu yang tidak ketahui menjadi suatu kebenaran.

Untuk dapat menggerakkan kemampuan berpikir dengan memanfaatkan otak atas sebagai alat pikir dan otak bawah sebagai alat menghayati, maka berpikir disini terwujud dari proses mental yang sadar.

Oleh karena itu diperlukan pula pemahamam tahapan berpikir, yang menurut J. Kafie mengungkapkan lima bentuk yaitu:

  1. BERPIKIR BIASA yaitu bergaul dengan pengalaman-pengalaman inderawiah untuk membentuk ketahuan-ketahuan kita.
  2. BERPIKIR LOGIS yaitu suatu teknik penalaran untuk dapat menarik kesimpulan yang korek (sah).
  3. BERPIKIR ILMIAH yaitu berpikir secara sistematis, metodis, dan objektif, dalam rangka mencapai kebenaran dalam ilmu pengetahuan.
  4. BERPIKIR FILSAFAT yaitu berpikir dialektis yang terarah untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki, integral dan universal.
  5. BERPIKIR THEOLOGIS yaitu corak berpikir Qur’ani yang bertujuan untuk mencapai suatu keyakinan bahwa Allah SWT adalah wujud Al Haq.
Bentuk berpikir tersebut memberikan arti kita dalam bersikap dan berperilaku untuk mengaktualisasikan berpikir dengan ketiga unsur jiwa itu (KESADARAN, KECERSAN, DAN AKAL) bertindak dengan serentak saling mengisi dan saling membantu.

Dengan ketiga jiwa tersebut kita mampu menempatkan berpikir untuk apa kita hidup, maka dalam kita berpikir kita patuh kepada pesan-pesan Rasullullah SAW seperti”:

“Rebutlah lima peluang sebelum terjadi lima perkara: masa mudamu sebelum tiba masa tua, masa sehatmu sebelum tiba masa sakit, masa lapangmu sebelum tiba sebelum tiba masa sibuk, masa kayamu sebelum tiba masa papa dan masa hidupmu sebelum tiba ajalmu.”

“Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanyai tentang empat perkara: (1) Tentang umurnya, untuk apa dihabiskan, (2) Tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan, (3) Tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan, (4) Tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya. “

Jadi dengan memahami tahapan berpikir tersebut serta dapat menangkap makna dibalik ungkapan pesan-pesan diatas, maka kita dapat memahami untuk mengaktualisasikan sebagai awal kita berpikir dengan menggerakkan KESADARAN artinya dengan kesadaran kita dapat berorientasi meninjau serta merasakan diri sendiri serta menangkap situasi diluar diri kita.

Dengan kesadaran itu kita dapat meletakkan perhatian pada barang sesuatu sehingga dapat memusatkan kesadaran pada apa-apa itu dan menyadarkannya. Jadi kesadaran yang dipusatkan dapat mempertajam panca indera kita ke satu arah pusat perhatian, yang kita sebut dengan fokus. Kesadaran akan berpusat di otak atas sebelah kanan.

Kesadaran tidak berarti apa-apa dalam berpikir, bila tidak dibantu oleh KECERDASAN karena kesadaran menyadarkan tentang apa-apa, namun kecerdasan melaporkan kepada kita keadaan perkara dan hubungan-hubungannya. Jadi melalui kecerdasan kita dapat menangkap fakta dan informasi untuk mengingatkan masalah kita hadapi atau dengan kata lain seberapa besar resiko yang dihadapinya, tapi laporan itu akan menjadi penting bila kita dapat mencari jawaban untuk menghindarkan atau menumpasnya. Kecerdasan akan berpusat di otak atas sebelah kiri.

Kecerdasan menjadi bermakna, bila AKAL menunjukkan untuk mencari jalan untuk memenuhi maksud dan tujuan kita. Dengan akal, akan mempersoalkan dimana letaknya bahaya, apakah macam bahaya yang akan dihadapi, apakah akan segera datang atau berlangsungnya tetap sebagai bahaya, bagaimana ia dapat dihindarinya. Kemudian menunjukkan cara-cara penyelesaiannya, disitulah letak pekerjaan akal.

Tidak heran pula muncul dalam kita berpikir untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan tertentu, sehingga lahir ungkapan seperti apakah barang sesuatu masuk diakal atau tidak.

Dengan demikian akal adalah potensi rohaniah yang memiliki pelbagai kesanggupan seperti kemampuan berpikir, menyadari, menghayati, mengerti dan memahami, sehingga kegiatan akal itu berpusat atau bersumber dari kesanggupan jiwa yang disebut dengan intelengensi. Akal berpusat di otak bawah sadar yang disebut hati.

Walaupun kita menyadari bahwa akal, kadang kala diartikan hati jasmani, roh penggerak badan jasmani, nafsu syahwat dan ilmu. Dalam Al-qur’an dan hadits menyebutkan “hati” maka yang dimaksud ialah benda halus lagi indah yang terdapat dalam diri manusia yang mengenal hakikat segala sesuatu.

Jadi dengan ketiga jiwa tersebut kita tidak dapat menyebutkan yang satu dengan meninggalkan dua yang lainnya, sehingga setiap kita mengaktualisasikan jiwa tersebut dalam berpikir, ia akan bertindak dengan serentak, saling mengisi dan membantu.

Agar anda menggunakan otak anda dan daya kekuatan yang didalamnya, berusaha untuk mengembangkan dan meluaskan pikiran anda. Gunakanlah kesemua itu untuk berpikir secara dinamis dan maju. Untuk berpikir secara luas, maka kita menyadari betapa pentingnya kita mengembangkan daya ingatan dalam kerangka kita berpikir dengan menghayati situasi dibawah ini:

  1. Senantiasa menyadari bahwa otak tidak mengenal pembatasan dalam penggunaannya;
  2. Rentangkanlah pemikiran anda dengan mencakup pemikiran orang lain;
  3. Kembangkanlah kecakapan anda bagi suatu pengawasan mental;
  4. Berikanlah tugas yang terus-menerus kepada komputer pikiran bawah sadar anda dan mempercayai jawaban yang diberikannya;
  5. Kembangkanlah kemampuan anda untuk mengingat dan mengembalikan ingatan akan hal-hal yang sudah terjadi.

LANGKAH MENINGKATKAN KEDEWASAAN INTELEKTUAL

Bertitik tolak dari pemikiran-pemikiran yang dikemukakan diatas, maka usaha-usaha menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual terletak pada pemahaman atas pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman yang mampu mendorong untuk memberikan ruang gerak untuk belajar dalam usaha untuk meningkatkan kapasitas penalaran kita dan sekaligus memanfaatkan dengan lebih baik intelegesi kita, kebijakan intuisi dan kekuatan yang ada dalam menggali potensi otak yang sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian, maka kebiasaan pikiran haruslah kita tuangkan dalam satu kerangka kerja seperti yang diuraikan dibawah ini :

A. PERTAMA MLIKI SUATU RENCANA TERPADU :

Yang dimaksud dengan rencana terpadu, mencakup suatu rencana jangka panjang, menengah dan pendek artinya ada kejelasan rencana tersebut saling keterkaitan dalam pelaksanaannya.

Rencana jangka panjang, mengungkapkan pemikiran yang memberikan arah persfektif yang mencakup :

VISI Kedewasaan Inteletual menggambarkan suatu pernyataan :

“Membangun CITRA dalam kemampuan kebiasaan pikiran yang produktif dan pemberdayaan otak dengan BUDAYA yang mampu mendorong kesalehan intelektual dengan ARAH memkuat daya kemauan dengan TUJUAN sebagai manusia yang mampu memberikan kekuatan-kekuatan dalam kebersihan jiwa dan hati“

Jadi pada pernyataan visi diatas, terdapat empat unsur yang harus diperhatikan, apa yang disebut dengan CITRA, BUDAYA, ARAH, TUJUAN, yang dapat anda ukur pencapaiannya secara kualitatip sebagai kreteria. Oleh karena itu, maka pernyataan visi menggambarkan arah perjalanan yang hendak dituju.

MISI Kedewasaan Intelektual menggambarkan suatu pernyataan :

Sebaliknya dengan menggambarkan pernyataan MISI sebagai penjabaran dari visi, yang menyatakan bagaimana sarana itu disiapkan dalam menuju arah yang dituju dengan pernyataan sebagai berikut :

„MEMPERHATIKAN kekuatan kebiasaan pikiran sebagai jalan keselamatan perjalanan hidup dalam usaha untuk MEMBIMBING kemungkinan pikiran menuju kebahagian , maka kekuatan ANALITIS STRATEGIS memberikan sesuatu yang sangat menentukan dalam usaha menjaga hati nurani secara EKSPRESIF mendorong kekuatan kebiasaan dengan tafakur“

Jadi dengan empat unsur yang disebut dengan MEMPERHATIKAN, MEMBIMBING, ANALITIS STRATEGIS, EKSPRESIF dapat dijadikan kreteria untuk mengukur secara kualitatif untuk mngetahui seberapa jauh kemampuan kita mencapai visi sebagai peta jalan dan misi sebagai sarana, sejalan dengan itu, maka dibawah ini di rumuskan tujuan secara kualitatif berdasarkan pernyataan misi tersebut diatas sebagai berikut :

Tujuan-tujuan dalam meningkatkan kedewasaan intelektal adalah:

Rincian dari penjabaran MISI diatas untuk meningkatkan kedewasaan intelektual dalam pemikiran jangka panjang adalah :

  • Meningkatkan kedewasaan intelktual berarti menjalankan ibadah.
  • Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti takut kepada Allah
  • Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti menghidupkan hati
  • Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti amal perbuatan
  • Meningkatkan kdewasaan inteletual berarti kebaikan di dunia
  • Meningkatkan kedewasaan intelektual berati keyakinan
  • Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti kepercayaan
  • Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti membuka hakikat

Sasaran-sasaran dalam meningkatkan kedewasaan intelektual adalah :

Secara umum rincian sasaran sebagai jabaran dari tujuan yang ditetapkan dan dituangkan secara kuantitatif baik dalam pemikiran jangka panjang maupun pendek, oleh karena itu sasaran tersebut dirumuskan kembali secara berurut dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai.

Misalkan sasaran yang hendak dicapai dari tujuan „Meningkatkan kedewasaan intelktual berarti menjalankan ibadah“ maka rumusannya haruslah dibuat secara kuantitatif sebagai sasaran yang hendak direalisir,

Misalkan gambaran kuantitatifnya dapat dituangkan kedalam target waktu, kegiatan mendalami makna ibadah (agama islam, syahadat, iman, hukum, istinja’, najis, air, mandi wajib, wudhu dsb)

Strategi dalam mewujudkan sasaran sbb. :

Sebagai kerangka pikir untuk merealisasikan sasaran yang hendak dicapai, maka diperlukan strategi untuk melaksanakan kebiasaan pikiran yang dapat menuntun pelaksanaannya sebagai berikut :

  • Kemampuan mengungkit kekuatan daya ingat
  • Kemampuan mengetuk dinding jiwa
  • Kemampuan meningkatkan wawasan menuju kesalehan intelektual

Kebijaksanaan dalam melaksanakan strategi dirumuskan sbb. :

Sebagai ilusrasi, maka rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Kemampuan mengungkit kekuatan daya ingat“, maka langkah-langkah dalam usaha-usaha menggerak kebiasaan pikiran apa yang disebut dengan kebijakan :

  • Kemampuan mendalami makna otak atas dan bawah sadar.
  • Kemampuan mendalami makna dan kapasitas ingatan
  • Kemampuan meningkatkan daya ingat.

B. KEDUA MENULISKAN KEMBALI DARI RENCANA

Merumuskan kebiasaan yang produktif yang hendak dibangun dan dikembangkan sebagai suatu keinginan anda berdasarkan niyat yang hendak dicapai dalam kedewasaan sosial, dengan memperhatikan pikiran pertama yang dituangkan kedalam kemampuan anda untuk menuliskan kembali agar anda selalu mengingatnya, yang kita sebutkan kedalam pemikiran :

  • Memberikan arah pemikiran jangka menengah antara 2 sampai 3 tahun dalam rangka untuk mengenal posisi kedepan yaitu seberapa jauh makna kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang untuk mewujudkan rencana persfektif yang telah digambarkan.
  • Menuangkan kembali agar anda selalu ingat untuk memberikan prioritas dalam pelaksanaannya agar dapat memberikan tahapan pencapaian dengan memberikan fokus dalam kebiasaan pikiran.
  • Bertolak dari pemikiran yang difokuskan tersebut lebih lanjut dituangkan kedalam arah pemikiran jangka pendek untuk jangka 1 tahun dengan menilai kinerja diri sendiri yang dapat diungkapkan pemikiran secara kuantitatif dan kualitatif

C. KETIGA MENGUNGKAPKAN TANTANGAN YANG DIHADAPI

Bertitik tolak dari langkah B diatas, maka renungkan apa yang dipikirkan pada titik dua diatas kedalam tantangan apa saja yang dapat menghambat niyat dari kebiasaan yang hendak di tumbuh-kembangkan menjadi suatu kebiasaan-kebiasaan yang mendorong kekuatan pikiran yang positip dalam perubahan sikap dan perilaku di masa kini dan masa depan.

Tantangan yang dihadapi sejalan dengan pemikiran untuk mencapai sasaran yang digariskan dengan memperhatikan strategi dan kebijaksanaan, maka tantangan yang terbesar terletak dari daya kemauan yang kuat untuk merubah kebiasaan yang negatif sebagai akibat :

  • Ketidak mampuan untuk menggerakan kekuatan berpikir positif.
  • Kebiasaan pikiran negatif berlangsung terus menerus sehingga mendorong sikap dan perilaku sulit melakukan perubahan kekuatan kesadaran yang bersifat inderawi.
  • Kebiasaan pikiran negatif karena kecenderungan manusia yang jauh dari Allah, pengalaman masa lalu yang mendorongnya, tidak memiliki hidup dengan orientasi yang jelas, dampak dari kebiasaan yang membelenggu pikiran mereka, dampak dari pikiran kemauan diri sendiri, dampak dari pengaruh faktor eksternal, kemauan dan kebiasan dari gaya hidupnya, tidak memiliki wawasan dan imajinasi karena terbatasnya penguasan ilmu dariinformasi, pengetahuan yang dapat dari pengalaman atas keterampilan dan keinginan yang tidak jelas niyat sehingga mendorong kebiasan hidup yang tidak memiliki inspirasi dalam hidup.

D. KEEMPAT MERUMUSKAN SISTEM KEBIASAAN PIKIRAN

Dengan memperhatikan pikiran-pikiran yang diungkap diatas, maka dalam merumuskan suatu sistem yang dapat menuntun kebiasaan-kebiasaan baru yang dibina dan dikembangkan dari kekuatan 7 M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami dan mengamalkan) yang sejalan dengan tingkat kedewasaan berpikir yang hendak dicapai dalam perjalanan hidup yang abadi ini sehingga konsepsi sistem yang dibangun terdiri dari :

  • Pemahaman atas pelaksanaan sistem input yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang ditentukan oleh 1) paradigma berpikir dari kemampuan apa dan bagaimana berpikir (berpikir biasa, logis, ilimiah, filsafat, theologis yang bertolak dari berpikir sadar dan atau tidak disadari) ; 2) dampak dari paradigma berpikir (konsepsi, tindakan, kesehatan, perasaan, jatidiri, kepercayaan diri, kondisi phisiologis, membentuk kebiasaan)
  • Pemahaman atas pelaksaan sistem proses yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang dipengaruhi oleh tingkat kesadaran inderawi ke rasional, ke rohaniah, bila kesadaran inderawi yang dominan dan mendorong manusia berpikir materialistik akan menjadi kebiasaan berpikir negatif yang membentuk pikiran melalui proses 1) perekaman, 2) pengulangan, 3) akumulasi, 4) pengulangan, 5) pembiasaan, sehingga mempengaruhi terbentuknya kelemahan daya kemauan.
  • Pemahaman atas pelaksanaan sistem output yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan hasil dari kemauan dan kebiasaan yang mendorong berpikir positif dengan kejelasan output dari kebiasaan pikiran kedalam motif, prinsip yang dianut, sifat kepribadian, tanggung jawab, strategi, dan kebijaksanaan.
E. KELIMA MEMBANGUN KETELADANAN

Bertolak dari pemikiran sistem kebiasaan pikiran ang diungkapkan diatas, maka rumusan kekuatan-kekuatan pikiran anda untuk mendorong dalam memperkuat daya kemauan untuk membina kebiasaan yang baru dalam usaha secara terus menerus agar dapat diterima sebagai peran keteladanan yang dapat diterima semua pihak. Dengan semangat daya kemauan yang keras dalam kebiasaan-kebiasaan baru tersebut, anda diharapkan mampu melihat jati diri anda sendiri.

Oleh karena itu, kunci keberhasilan dari peningkatan kedewasaan sosial ditentukan oleh wujud meraih cinta ilahi dengan meraih hidup bahagia dunia dan akhirat dari kekuatan berpikir positif sehingga mampu menyesuaikan pikiran dari keteladanan kepribadian Muhammad Rasulullah dalam rangka melaksanakan 7 M menjadi kenyataan untuk membangun kekuatan pikiran untuk tidak mendorong kiblat kepada manusia melainkan kiblat kepada sang pecipta.

F. KEENAM MELAKUKAN PENYESUAIAN ATAS RENCANA

Langkah keenam dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaan baru, maka keberhasilan dari setiap langkah pemikiran dalam meretas jalan menjadi diri sendiri harus ada kesiapan diri untuk melakukan perubahan atas rencana yang telah digariskan bila dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Oleh karena itu, maka menjadi pribadi yang dicintai diperlukan penyesuaian atas suatu rencana karena kekuatan pikiran mampu menembus batas waktu (masa lalu, masa kini dan masa depan), batas ruang (jawa, sumatera, kalaimatan dsb), tak kenal batas waktu (pagi, siang, sore, petang, malam) dan meningkatkan serta menurunkan energi dalam kemampuan proses berpikir. Jadi melakukan penyesuaian atas rencana merupakan kebutuhan dalam proses yang terkait dalam pikiran membentuk kebiasaan sehingga perlu terfokuskan kedalam kebiasaan pikiran dan pengaruhnya terhadap pengaturan yang terkait dengan optimisme, ideology, mental, konsentrasi, kausalitas dan sebagainya.

PENUTUP

Menumbuhkan dan meningkatkan kedewasaan intelektual bukanlah sesuatu yang sederhana, oleh karena itu diperlukan satu usaha dengan ketekunan untuk secara berkelancutan untuk berusaha memberikan daya kemauan yang kuat dalam mewujudkan kebiasaan pikiran sebagai suatu cara untuk menuntun kekuatan pikiran dalam mendorong inspirasi dalam bersikap dan berperilaku baik dalam hubungan antara manusia dan hubungan dengan Allah Swt.

Dengan mengungkapkan pikiran diatas serta memperhatikan usaha-usaha meningkatkan kedewasaan rohaniah sebagai pondasi yang kuat untuk menopang kedewasaan sosial dan emosional, maka akan membuka suatu kekuatan untuk mengetuk dinding jiwa dalam usaha meningkatkan kedewasaan intelektual.

Oleh karena itu, maka kekuatan dari daya kemauan bukanlah sesuatu yang mustahil tidak dapat direalisasikan kecuali yang bersangkutan tidak ada usaha memanfaatkan kekuatan pikiran untuk menuntun kesiapan menemukan jati diri sendiri, sebaliknya bagi anda yang membayangkan adanya daya kemauan untuk meningkatnkan kedewasaan intelektual akan mampu bersikap dan berperilaku bahwa masa yang anda miliki adalah hari ini sebagai wujud dari kekuatan pikiran anda sendiri.

Jadi pergunakanlah sebaik mungkin atas alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk kita selalu mengingat dalam melakukan perubahan dalam pola pikir sejalan dengan semangat jiwa yang bersih untuk menumbuhkan hati yang bersih yang di topang oleh pondasi roh sebagai pelindung dalam kehidupan manusia, karena disitu terletak keyakinan dan kepercayaan anda bahwa hidup anda dibentuk oleh pikiran anda sendiri.

Jadi ingatlah bahwa fitrah dan bakat manusia akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan kebiasaan yang produktif yang didorong oleh kekuatan energi-energi yang dimilikinya yaitu ilmu, pengetahuan dan keinginan yang dilandasi oleh niat yang kuat sebagai manusia dengan sikap dan berperilaku menuju kesempurnaan melalui proses penyucian diri dalam meningkatkan kedewasaan intlektual yang anda impikan untuk diwujudkan.

Bertitik tolak apa yang telah kita utarakan diatas, maka pilihlah keyakinan dan kepercayaan bukan suatu keraguan yang diciptakan oleh pikiran anda sendiri, oleh karena itu kuatkan dalam kebiasaan pikiran untuk hidup dari kebiasaan jiwa tanpa topeng kepalsuan, maka jalan menjadi terang sejalan dengan kemampuan anda dalam pemanfaatan pemberdayaan otak menuju kesolehan intelektual dengan kebiasaan pikiran yang produktif.
(disadur dari: Abdul Talib Rachman)

Tidak ada komentar:

.

.
.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...