Seorang wanita pedagang kopi, yang menjadi korban penyiksaan dan
penyekapan oleh kelompok preman yang diduga anak buah Hercules bertutur
tentang caranya melarikan diri dari tempat penyekapan. Korban dapat melarikan diri dari tempat penyekapan di sebuah bedeng di
samping Apartemen Kedoya, Jakarta Barat, pada hari Minggu (15/9/2013)
sekitar pukul 05.00.
"Saat itu para mereka (pelaku) sedang tidur. Saya lari sambil telanjang hingga ada seorang satpam di perumahan samping Apartemen yang menyelamatkan saya," jelas H di Mapolres Jakarta Barat, Minggu (15/9/2013).
Korban mengaku mulai disekap pada hari Jumat (13/9/2013), sekitar pukul 15.00 WIB. Warga Bekasi tersebut disekap lantaran tidak memberikan uang sebesar Rp 100.000 seperti yang diminta kelompok preman tersebut.
Tidak hanya disekap, korban juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh pelaku hingga sekujur tubuh luka-luka. Korban juga mengaku mendapatkan perlakuan tidak manusiawi yang menyebabkan alat vitalnya harus dijahit.
H menjelaskan, ia berhasil melarikan diri setelah memberanikan membuka ikatan tali yang melingkar di kedua kakinya. Korban memotong tali yang mengikat kakinya dengan menggunakan pecahan kaca yang ia dapatkan di tempat penyekapan.
Selain itu tambah korban, telepon genggam miliknya juga disita oleh pelaku. Para pelaku juga sempat menelpon anaknya untuk memberitahukan bahwa ibunya tengah disiksa.
Menurut korban, dirinya hanya mengenali tiga orang pelaku. Ketiga orang tersebut bernama Frangky, Wendi dan Poli. Meski masih banyak orang yang sering datang ke tempat penyekapan, korban mengaku hanya mengenali tiga orang.
"Dia (pelaku) nelpon ke anak saya pakai hp saya, dia mengatakan 'ini ibu lo lagi gw siksa'," ujar korban menirukan suara pelaku.
Kepolisian Polres Metro Jakarta Barat menangkap 19 orang kelompok preman ini di beberapa titik di Jakarta Barat. Mereka diduga anak buah dari Rosario Marshal atau yang dikenal dengan Hercules. Kasat Reskrim Polres Jakarta Barat, Ajun Komisaris Besar Hengki Haryadi mengatakan semua orang kelompok preman yang ditangkap itu berawal dari adanya laporan korban, yang merupakan pedagang kopi di sekitar pintu Tol Kebun Jeruk.
Penyergapan Petugas
Polsek Jakarta Barat, Selasa (17/9/2013) menjelang tengah malam
menggerebek sebuah ruko di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Barat, atas
laporan penyekapan. Di lokasi tersebut, ditemukan dua korban dalam
kondisi terborgol ke pagar teralis. Satu anggota TNI diduga terlibat
penyekapan ini.
"Dua korban, laki-laki, berusia 40 dan 45 tahun," kata Kapolsek Tamansari, Kompol Ade Vivid, Selasa malam, dalam telewicara dengan TVOne. Berdasarkan pengakuan korban, Ade mengatakan satu korban telah disekap selama 1,5 bulan dan satu korban lain disekap sekitar dua pekan.
Sejauh ini, kata Ade, motif penyekapan diduga terkait utang-piutang. Dugaan ini berdasarkan pada keterangan sementara korban, yang mengatakan para penyekap baru akan membebaskannya bila keluarga mereka melunasi utang.
Ade menuturkan penggerebekan ruko yang masih dirahasiakan lokasinya itu, berawal dari laporan warga melalui babinmas. Atas laporan tersebut, Ade mendatangi ruko bersama anggotanya.
Sesampai di ruko, papar Ade dalam telewicara itu, mereka menjumpai beberapa penjaga. Karena polisi datang dengan senjata lengkap, tak ada perlawanan dari para penjaga ruko. Korban ditemukan di dapur dan di loteng ruko, keduanya terborgol ke teralis.
"Saat ditemukan, mereka mengira kami para penyekap, sampai nangis-nangis minta jangan dipukuli, nyembah-nyembah," kata Ade. Kondisi para korban, imbuh dia, selain shock juga ditemukan luka sobek yang hanya dibalut perban.
"Dua korban, laki-laki, berusia 40 dan 45 tahun," kata Kapolsek Tamansari, Kompol Ade Vivid, Selasa malam, dalam telewicara dengan TVOne. Berdasarkan pengakuan korban, Ade mengatakan satu korban telah disekap selama 1,5 bulan dan satu korban lain disekap sekitar dua pekan.
Sejauh ini, kata Ade, motif penyekapan diduga terkait utang-piutang. Dugaan ini berdasarkan pada keterangan sementara korban, yang mengatakan para penyekap baru akan membebaskannya bila keluarga mereka melunasi utang.
Ade menuturkan penggerebekan ruko yang masih dirahasiakan lokasinya itu, berawal dari laporan warga melalui babinmas. Atas laporan tersebut, Ade mendatangi ruko bersama anggotanya.
Sesampai di ruko, papar Ade dalam telewicara itu, mereka menjumpai beberapa penjaga. Karena polisi datang dengan senjata lengkap, tak ada perlawanan dari para penjaga ruko. Korban ditemukan di dapur dan di loteng ruko, keduanya terborgol ke teralis.
"Saat ditemukan, mereka mengira kami para penyekap, sampai nangis-nangis minta jangan dipukuli, nyembah-nyembah," kata Ade. Kondisi para korban, imbuh dia, selain shock juga ditemukan luka sobek yang hanya dibalut perban.
Selain menemukan korban penyekapan, ditemukan juga senjata api dan senapan angin dari ruko yang menurut Ade dalam kesehariannya aktif berdagang. Saat ini delapan orang tengah dimintai keterangan terkait penyekapan ini, termasuk pemilik toko dan satu anggota TNI. "Anggota TNI dari Lantamal 2," sebut Ade. Berdasarkan keterangan korban, anggota TNI ini ikut memukuli korban.
Warga Sekitar TKP Tutup Mulut
Lokasi penyekapan dan penyiksaan sebenarnya berada di lokasi keramaian. Tempat kejadian perkara (TKP) terletak di tepi Jalan Jakarta-Tangerang, tak jauh dari pintu Tol Kebon Jeruk 2, tepat di samping Apartemen Kedoya Elok, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Namun anehnya, banyak warga sekitar yang tidak mengetahui peristiwa tersebut. Adapun warga yang sempat mengetahuinya, tetapi malah takut melapor aksi bejat itu ke pihak polisi.
Kepala Satreskrim Polres Metro Jakarta Barat Ajun Komisaris Besar Hengky Heriyadi mengungkapkan, ada seorang saksi yang pernah mendengar bunyi rintihan penyiksaan di TKP, tetapi karena takut, dia tak langsung melaporkan kejadian tersebut.
"Ibu-ibu ada yang dengar katanya ada suara-suara penyiksaan di TKP, tapi dia tidak mau melapor, bilangnya ketakutan," kata Hengky di Mapolres Metro Jakarta Barar, Senin (16/9/2013).
Mengenai lokasi kejadian, Hengky mengatakan bahwa bedeng-bedeng di kawasan tersebut rawan untuk dijadikan tempat tindak kejahatan. Untuk itu, Polres Metro Jakarta Barat akan berkoordinasi dengan Suku Dinas Penertiban dan Perizinan Bangunan Jakarta Barat untuk membongkar bangunan liar tersebut.
Sementara itu, Hengky mengimbau kepada masyarakat agar jangan takut untuk melaporkan ke polisi apabila melihat atau mendengar gejala-gejala kriminalitas di sekitarnya.
"Makanya, kami imbau jika menemukan adanya tindak kriminal atau unsur kekerasan segera laporkan," tegasnya.
Sumber: Kompas.
Lokasi penyekapan dan penyiksaan sebenarnya berada di lokasi keramaian. Tempat kejadian perkara (TKP) terletak di tepi Jalan Jakarta-Tangerang, tak jauh dari pintu Tol Kebon Jeruk 2, tepat di samping Apartemen Kedoya Elok, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Namun anehnya, banyak warga sekitar yang tidak mengetahui peristiwa tersebut. Adapun warga yang sempat mengetahuinya, tetapi malah takut melapor aksi bejat itu ke pihak polisi.
Kepala Satreskrim Polres Metro Jakarta Barat Ajun Komisaris Besar Hengky Heriyadi mengungkapkan, ada seorang saksi yang pernah mendengar bunyi rintihan penyiksaan di TKP, tetapi karena takut, dia tak langsung melaporkan kejadian tersebut.
"Ibu-ibu ada yang dengar katanya ada suara-suara penyiksaan di TKP, tapi dia tidak mau melapor, bilangnya ketakutan," kata Hengky di Mapolres Metro Jakarta Barar, Senin (16/9/2013).
Mengenai lokasi kejadian, Hengky mengatakan bahwa bedeng-bedeng di kawasan tersebut rawan untuk dijadikan tempat tindak kejahatan. Untuk itu, Polres Metro Jakarta Barat akan berkoordinasi dengan Suku Dinas Penertiban dan Perizinan Bangunan Jakarta Barat untuk membongkar bangunan liar tersebut.
Sementara itu, Hengky mengimbau kepada masyarakat agar jangan takut untuk melaporkan ke polisi apabila melihat atau mendengar gejala-gejala kriminalitas di sekitarnya.
"Makanya, kami imbau jika menemukan adanya tindak kriminal atau unsur kekerasan segera laporkan," tegasnya.
Sumber: Kompas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar