Cerita ‘kereta hantu’ di jalur Jakarta-Bogor sebenarnya sudah tidak
asing lagi bagi mereka yang biasa naik kereta rel listrik (KRL).
Memang banyak yang mengalami kejadian naik ‘kereta hantu’, tapi sulit
dibuktikan. Bagi yang pernah mengalami, sudah pasti mereka jera naik KRL
di waktu malam hari.
Kejadian pada Jumat (12/12) dini hari menambah cerita yang sudah
berkembang lebih dari empat tahun belakangan ini tentang ‘kereta hantu’
tersebut.
Bedanya, pada kereta hantu, si penumpang setelah turun kereta tiba-tiba
KRL lenyap, dan kejadiannya sudah pasti di luar jadwal kereta, seperti
pada larut malam, saat KRL sudah tidak beroperasi lagi.
KRL yang secara misterius berjalan sendiri tanpa masinis dan penumpang
dari arah Bogor sampai Stasiun Manggarai pada Jumat dini hari itu memang
benar-benar terjadi, seperti yang dituturkan beberapa warga dan petugas
penjaga lintasan KA
Heboh KRL misterius juga disaksikan banyak warga, salah satunya adalah
Sutrisno (25) penjaga pintu lintasan kereta api di Bukit Duri, Jakarta
Selatan. Dia yang waktu itu kebetulan sedang tugas malam, mendadak kaget
ketika tiba-tiba sirene pintu lintasan berbunyi.
“Padahal, waktu itu baru pukul 04.00 WIB. Setahu saya, jam segitu belum ada kereta yang beroperasi,” tutur Sutrisno.
Belum hilang rasa herannya, tiba-tiba melintas sebuah rangkaian kereta dari arah Bogor dengan kecepatan sekitar 60-80 km.
“Yang saya ingat, kereta itu menarik 4 gerbong dengan kondisi nggak ada
penumpang dan nggak ada masinis, serta dalam keadaan gelap,” katanya.
Wakil Kepala Stasiun Kereta Api Manggarai Muhyar tidak bersedia
dimintai keterangan menyangkut peristiwa kereta yang nyelonong ke
wilayahnya itu tanpa permisi. “Coba saja hubungi Humas Daop Jabotabek,
karena dialah yang berhak memberikan keterangan secara teknis untuk
masalah itu,” jelas Muhyar.
Namun dia mengakui bahwa pada Jumat (12/12) dini hari itu ada sebuah KA yang nyelonong ke wilayahnya itu.
“Menurut informasi yang saya terima, kereta tersebut melintas dijalur
tiga dan berhenti di tanjakan arah Stasiun Cikini,” kata Muhyar.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat PT KA Daerah Operasional Jabotabek
Zainal Abidin mengaku heran atas peristiwa tersebut. “Secara teknis,
jadwal operasional kereta Jabotabek itu sekitar pukul 05.00 WIB. Yang
bikin saya tambah heran, kereta tersebut meluncur tanpa ada pasokan
aliran listrik. Makanya, saat ini kami masih menyelidiki masalah ini
secara teknis,” ujarnya.
Menurut Zainal, peristiwa ini baru kali pertama terjadi dan nggak masuk
akal. “Rasanya kalau ada orang yang sengaja iseng menjalankan kereta,
nggak mungkin deh. Sebab rangkaian kereta yang sudah masuk kandang itu
pasti dikunci, dan nggak mungkin ada orang yang bisa menjalankan,”
tandas Zainal. Membuat Merinding.
Sementara itu, sejumlah penjaga perlintasan kereta, seperti di Jalan
Arief Rachman Hakim, Depok, Selamet, menuturkan, saat itu sebenarnya dia
baru saja terlelap tidur di dalam pos perlintasan yang berdekatan
dengan Stasiun Depok Baru.
“Baru saja terlelap tidur, tiba-tiba bel di dalam pos dan sirine
berbunyi. Saya langsung kucek-kucek mata melihat jam yang baru
menunjukkan pukul 03.30 WIB,” tuturnya pada Suara Merdeka.
Namun karena panggilan tugas, dia langsung berdiri dan menutup jalur
Jalan Arief Rachman Hakim itu dengan penghalang pintu otomatis. Dan KRL
tanpa masinis dan tanpa penumpang serta dalam keadaan gelap gulita itu
meluncur dengan kecepatan 60 km tanpa berhenti di Stasiun Depok Baru.
Sebagaimana lazimnya, kalau ada kereta masuk dari mana pun pasti
berhenti, kecuali KRL Express.
Keesokan harinya, Selamet makin terkejut setelah dia membaca sejumlah
media massa terbitan Jakarta yang melaporkan KRL misterius tanpa masinis
meluncur dari Bogor ke Manggarai.
“Memang, Jumat dini hari itu, saat KRL meluncur, saya sempat merinding
bulu kuduk di leher dan tangan. Namun saya anggap itu karena terpaan
angin dari KRL yang lewat saja,” katanya.
Dia pun mengakui, cerita kereta hantu sudah banyak dialami masyarakat.
Bahkan, Selamet pernah dihampiri orang yang baru turun dari kereta di
tengah malam, sekitar pukul 23.30 WIB. Saat itu, seorang pemuda yang
mengaku mahasiswa, bingung saat turun kereta untuk mencari angkot
(angkutan kota), becak, atau tukang ojek.
Selamet lalu memberitahukan bahwa KRL terakhir dari Jakarta tiba di
Depok Baru pukul 10.00 WIB. Setelah jam itu, tidak ada kereta lagi yang
lewat.
Setelah diberi minum oleh Selamet, lelaki itu baru menceritakan
pengalaman yang dialaminya. Menurut lelaki itu, dia naik kereta dari
Stasiun Universitas Pancasila. Saat naik, dia tidak merasakan bahwa di
stasiun itu sepi. Yang dia tahu, ada kereta, lalu dia naik karena akan
ke Depok. Di dalam KRL, dia juga tidak merasa kaget, atau bingung, takut
atau heran. Saat itu dia melihat penumpang di dalam satu gerbongnya
duduk dengan rapi, tapi mengenakan pakaian serba putih.
Dia juga tidak berpikir jauh bahwa yang namanya KRL itu selalu
hiruk-pikuk dengan penjual teh botol, rokok, pengamen, dan pengemis yang
tidak pernah berhenti beroperasi dengan celotehan masing-masing.
Lelaki warga kompleks Perumahan BDN, Sawangan, Depok, itu duduk di
samping seorang lelaki tua yang sedang membaca koran. Dia lalu meminjam
koran itu setelah melihat bapak tua itu sudah tidak baca koran.
Namun tanpa disadari, kereta yang ditumpanginya itu sudah mamasuki
Stasiun Depok Baru. Dia buru-buru keluar dengan masih memegang koran
tersebut. Namun stasiun dalam keadaan sepi. Dia kemudian mendatangi
penjaga pelintasan kereta di Jalan Arief Rachman Hakim. Lalu dia
memperlihatkan koran yang dia pinjam dari seorang lelaki tua, dan tidak
sempat mengembalikannya.
Setelah diamati, ternyata koran itu terbitan tahun 1953. Akhirnya
mahasiswa itu lemas di samping Selamet yang sebelumnya memberitahukan
bahwa saat itu tidak ada kereta yang lewat.
Cerita ini bukan hanya dialami mahasiswa warga Sawangan Depok saja, tapi
juga ada cerita lainnya yang sudah tentu sempat membuat waswas atau
sedikit takut kalau naik KRL malam hari dan tidak ada teman yang
menemani.
Sumber: zerogems.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar