Mempermalukan orang lain
Kata malu disini adalah lebih kearah merendahkan yang lain, yang
memperlihatkan aib orang lain. Satu tindakan yang bisa berakibatkan
dendam yang tak berkesudahaan, yang memperpanjang sejarah permusuhan
yang tak pernah berhenti.
Jika satu batang pohon bisa menghasilkan seribu batang korek api,
demikian pula dengan satu batang korek api dapat membakar habis isi satu
hutan.
Artinya bahwa satu lembaga/keyakinan/organisasi/agama bisa menghasilkan ribuan orang tercerahkan, namun satu orang dari sana juga bisa menghancurkan moral (hal benar) seisi dunia.
Hal ini tak lain adalah karena bersifat agresif untuk mempermalukan satu
sama lain, dan merasa puas, sehingga dendam tak kunjung usai.
Berhentilah menilai buruk orang lain dan berhentilah memperburuk
keadaan. Anda butuh di sembuhkan, Aku butuh disembuhkan, Dia butuh
disembuhkan, Mereka butuh disembuhkan, jadi mari kita semua berhenti
sejenak saja untuk tidak mempermalukan orang lain, dengan label
penilaian buruk kita.
- Dalam kehidupan berumah tangga, “Ugak Ugak Pager Arang”, cinta itu adalah membangun dan memperbaiki, jika ada sesuatu yang buruk, bukanlah untuk dipermalukan, tapi untuk diperbaiki dan dibangun kembali.
Aib pasangan aib anda juga, demikian sebaliknya, maka perbaikilah!
- Dalam hubungan orang tua dan anak (Guru dan Murid), anak/murid yang baik dan tidak mempermalukan orang tua dan gurunya adalah menjalankan dengan sungguh-sungguh yang dimengertinya.
- Dalam hubungan keluarga dengan keluarga lain (bermasyarakat), saling hormat menghormati, sopan santun, dan menjaga martabat dari orang lain adalah ciri masyarakat membangun komunitas secara sehat tanpa ada saling mencurigai dan menuduh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar