. Weruh Ing Grubyug, Ora Weruh Ing Rembug

Weruh Ing Grubyug, Ora Weruh Ing Rembug


Ikut-ikutan namun tidak mengerti permasalahannya

Bisa jadi Anda pernah merasa kesal atas keterlibatan seseorang yang mencoba mencampuri urusan Anda. Sangat berbeda antara "campur-tangan" dibanding "ringan-tangan"atau "entengan". Sebaik-baik orang adalah mereka yang suka membantu kepada sesama. Tapi yang paling menjengkelkan adalah mereka yang memaksakan diri ikut-campur bahkan mendikte urusan yang bukan urusannya.


Jaman telah berubah, dan akan terus berubah, jika kita tidak mau berubah maka akan punah tergilas perubahan itu sendiri. Namun demikian, jangan sampai kita ikut-ikutan yang tidak jelas jentrungannya, perubahan tidaklah melulu masalah dari A menjadi B (berubah) tapi bisa jadi adalah dari A menjadi memahami secara utuh A, yang bisa beperan secara lengkap fungsi A secara utuh.


Kasihan banyak generasi  ikut-ikutan era globalisasi karena merasa bahwa adalah suatu jaman era modern (serba iptek), akhirnya terjebak sendiri dalam ikuta-ikuta tidak jelas, sehingga gampang untuk di jajah dalam segala bidang.

Kita diajak untuk harus tahu/weruh segala permasalahan yang ada, jangan ikut-ikutan arus.. Jika tidak mengerti maka lebih baik berhenti sejenak dan belajar…
  • Dalam kehidupan berumah tangga,  “Weruh Ing Grubyug, Ora Weruh Ing Rembug.”, jika komunikasi mandeg pada salah satunya, maka yang lain harusnya bisa menunggu sejenak jangan ikut-ikutan untuk mutung mandeg juga, dalam hal lain berlaku untuk emosional.
Berhenti/menunggu sejenak agar mengerti dan dapat melihat secara jernih dan jelas.
  • Dalam hubungan orang tua dan anak (Guru dan Murid), jangan menjadi penonton yang terlalu ashik untuk ikut-ikutan terhadap apa yang di lakukan oleh orang tua/guru, karena kita belum bisa memahami apa maksud dari laku-nya.
Kerjanya anak dan murid adalah belajar bukan sebagai juri yang menilai apa yang dilakukan orang tua dan murid.
  • Dalam hubungan keluarga dengan keluarga lain (bermasyarakat), mencampuri urusan dan permasalahan yang terjadi, padahal tidak mengerti apa-apa, justru akan memperkeruh suasana, justru membuat hubungan masyarakat dari kita menjadi memburuk, bahkan cennderung rusak.
Lebih bijak kita tetap menjaga ke”ashik”an dalam gotong royong.




Tidak ada komentar:

.

.
.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...