. Kebenaran Ditentukan Banyaknya Orang Demo?

Kebenaran Ditentukan Banyaknya Orang Demo?

Massa berkumpul dalam jumlah besar disebabkan sentimen agama adalah hal biasa, jangankan cuma ngumpul, disuruh mati pun demi agama pasti banyak yang mau, apalagi kalau dijanjikan surga. Jadi ngumpul-ngumpul seperti aksi 411 atau 212 kemaren ga ada yang aneh kok, naik haji yang bayar puluhan juta aja setiap tahun jutaan orang berkumpul dari seluruh dunia, malah antriannya bisa sampai belasan tahun karena kuota yang datang dibatasi oleh pemerintahan saudi arabia.
Hal ini lah yang disadari oleh para aktor-aktor intelektual maupun aktor-aktor lapangan, massa yang jumlahnya besar ini bisa dimanfaatkan untuk apapun selama tujuan tersebut dibungkus dengan kepentingan agama, misalnya ada aturan yang tidak disukai oleh mereka, mereka tinggal keluarkan fatwa bahwa aturan tersebut sesat dan tidak ada anjurannya dalam Islam, maka seketika ummat akan bisa digiring dari berbagai penjuru -baik yang mengerti atau cuma ikut-ikutan. Dalam kesempatan ini “kekuatan” itu digunakan untuk menyerang tokoh yang tidak mereka kehendaki, bungkus dengan nama agama, kumpulkan massa, paksakan agenda, inilah yang disebut mobokrasi.
Mobokrasi secara harfiah artinya adalah “kekuasaan ditangan kerumunan”, siapa yang bisa berkerumun lebih banyak maka dia yang memegang kekuasaan, mobokrasi berbeda dengan demokrasi karena mobokrasi menihilkan peran kelompok minoritas dan silent majority. berbeda dengan demokrasi yang memperhitungkan suara semua orang, mobokrasi bisa saja dikuasai oleh kelompok yang jumlahnya sedikit tetapi terorganisir dengan baik.
Mobokrasi adalah sesuatu yang sangat sangat buruk karena akan menimbulkan premanisme dan pemaksaan kehendak. Semua yang tidak disukai bisa dilibas hanya karena mereka beramai-ramai.
Untuk menghindari hal seperti inilah negara diperlukan untuk ada, jika negara tidak ada, maka akan timbul anarki dimana yang paling banyak dan terorganisir akan menindas.
Kenapa mobokrasi ini harus dilawan? Bukankah kepentingan yang “banyak” harus selalu diutamakan? Jawabannya tidak. Contohnya begini, misalnya ada 20 orang yang ingin anda segera dihukum penjara karena menurut mereka anda telah menghina mereka padahal pengadilan belum memutuskan apa apa, apakah polisi akan memihak mereka karena mereka banyakan? Atau berpihak pada kebenaran? Jadi faham yah, banyak belum tentu benar.
Jujur saya gembira sekaligus sedih melihat Aksi bela Islam 2 dan 3 yang terjadi beberapa waktu yang lalu, gembira karena ternyata ummat Islam mau memenuhi panggilan berkumpul demi membela agama (menurut mereka) walaupun dengan berbagai keterbatasan. Tetapi berkali kali lipat lebih sedih, pertama karena mayoritas mereka tidak mengerti apa yang sedang terjadi, adakah “ulama-ulama” disana yang mau jujur menjelaskan bahwa perbedaan tafsir itu hal yang biasa dan bukan untuk diperselisihkan? Mana diantara “ulama-ulama” disana yang mau jujur bahwa mereka adalah pendukung lawannya ahok di pemilu? maukah mereka jujur, apakah mereka disana benar-benar sebagai ulama yang membela agama atau sedang berusaha menjegal ahok agar kandidat jagoannya menang? Setidaknya 2 motor utama aksi tersebut yaitu ketua MUI dan ormas FPI sudah confirmed sebagai pendukung agus-silvi, tidakkah hal tersebut mempengaruhi sudut pandang mereka?
Kesedihan kedua adalah karena saya tidak pernah melihat aksi sebesar ini selain untuk ngurusin ahok. saya tidak pernah melihat umat Islam Indonesia patungan lebih banyak daripada untuk aksi kemarin untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat, pernahkah ada patungan 100 milyar dalam waktu singkat untuk bangun rumah sakit? Atau bangun sekolah?. Adakah aksi bela Islam sebesar kemarin untuk mendemo tempat prostitusi? atau tempat judi? Atau tempat maksiat lainnya? Pernahkah aksi sebesar kemarin untuk menuntut pemerintah menetapkan hukuman mati untuk para koruptor? padahal koruptor telah menginjak2 ajaran Al-Qur’an dan merampas hak ummat Islam dan ummat lainnya. Pernahkah ada aksi sebesar kemarin untuk solidaritas terhadap muslim rohingya, palestina dan ummat muslim tertindas lainnya? Adakah aksi sebesar kemarin yang bertujuan untuk mengingatkan ummat pentingnya shalat berjama’ah? Adakah aksi sebesar kemarin untuk mengawal fatwa-fatwa MUI yang lain? Tidak ada, tidak ada, tidak ada.

Foto: Aa Gym menyampaikan orasi dari atas kuda
Tanyakan pada diri kalian masing-masing, kenapa kalau urusan medemo ahok, mendemo Jokowi ummat mau berkumpul seperti itu, sedangkan untuk hal hal yang saya sebutkan diatas, belum pernah dan saya rasa tidak akan pernah terjadi? Apa tidak malu membawa label pembela Islam, pembela Qur’an sedangkan tentang rohingya saja tidak bisa menunjukkan solidaritas sebanyak aksi kemarin? Apa tidak malu membawa label pembela Islam, pembela Qur’an tapi tidak pernah berdemo sebanyak itu minta tempat maksiat ditutup? Apa tidak malu membawa label pembela Islam, pembela Qur’an tetapi menghabiskan uang 100 milyar per demo padahal banyak muslim-muslim yang kelaparan dan membutuhkan sedekah?

Saya membaca di majalah tempo bahwa banyak agenda presiden Jokowi yang penting bagi negara ini menjadi tertunda karena beliau harus fokus mempertahankan keutuhan NKRI akibat rong-rongan dari “mob” kalian, kerumunan kalian. Apalagi sekarang sudah mulai banyak lagi provokasi baru, mulai dari broadcast2 tentang aksi lempar jumroh untuk menggulingkan pemerintah ditambah ucapan habin rizieq tentang revolusi, kalian mau bikin Indonesia menjadi seperti suriah? Apa sih yang membuat kaliah sangat terobsesi mengguling-gulingkan pemerintah yang sah?
Tidakkah kalian mau sedikitpun mengamalkan ayat Allah yang berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taati Rasul-Nya dan Ulil Amri (pemerintah) diantara kamu….” (An-Nisaa ayat 59) HAI ORANG ORANG BERIMAN, tidakkah kalian mendengar seruan Allah ini? Tidakkah kalian berfikir kenapa Allah menempatkan pemerintah di posisi begitu mulia setelah Allah dan Rasulnya?
Karena jika negara stabil maka ummat pula yang akan merasakan manfaatnya, bahkan negara yang damai dibawah rezim brutal seperti korea utara jauh lebih baik dibandingkan seperti suriah sekarang yang rakyat dan pemerintahnya saling bantai.

Oke, kini bicara solusi, kerumunan tidak boleh dilawan dengan kerumunan, oleh karena itu sebenarnya saya kurang setuju dengan aksi 412 karena waktu yang begitu berdekatan pasti akan dibanding-bandingkan dengan aksi 212. Cara satu satunya adalah negara harus tegas melakukan apa yang perlu dilakukan, elit-elit politik negara ini harus bisa menyelesaikan lewat dialog dengan para petinggi GNPF-MUI, cukup sudah waktu, tenaga, uang dan rasa aman terbuang untuk kegiatan yang (mengutip wakil ketua MUI pusat) lebih banyak mudharatnya. maaf presiden Jokowi, waktumu yang seharusnya anda gunakan untuk membangun negri jadi terbuang untuk keadaan ini.
Kedua provokator harus ditindak sesuai hukum, tidak usah takut, negara harus tegas, hukum sesuai undang-undang yang berlaku, ini yang terpenting, jangan ragu untuk tangkap dan tindak.
Ketiga, jika mau ada aksi lanjutan berupa demonstrasi damai, silahkan kepolisian izinkan, tetapi TINDAK TEGAS siapapun yang melakukan anarkisme.
Keempat, yuk beraktifitas seperti biasa, pak de kerja aja sebagaimana biasa, yang lain juga kerja saja sebagaimana biasa, demo hal yang biasa kok, memang apa bedanya kalau banyak?  Ga maju maju negara ini kalo ribut melulu. Liatin aja sampe berapa lama sih tahan begini-begini terus.
Kelima, TNI Polri, jika ada indikasi rencana penggulingan pemerintah, kami percaya kalian tahu apa yang harus dilakukan, kami percaya kalian akan menjaga orang-orang yang telah kami beri amanah memimoin negri ini.
Ummat Islam percayalah bahwa kita sering di adu domba antar sesama muslim, tahukah kalian bahwa jendral gatot pernah bercerita bahwa beberapa isu hoax yang mencoba memecah belah kita datangnya dari australia dan amerika?
Ya, jika Jokowi jatuh karena hal ini, amerika, Australia dan kawan kawan yang akan tertawa. Jika Indonesia rusuh karena ini, negara-negara asing yang akan bergembira. Bisa jadi broadcast yang anda terima hari ini dan kemarin juga adalah bentukan intelejen asing.
Yuk sikapi dengan elegan, ummat Islam pasti banyak yang ahli hukum, medan beramalmu telah pindah ke meja hijau, kawal kasusnya.
Salam adalah akar kata dari Islam yang artinya damai
Salam.
Sumber : seword.com

Tidak ada komentar:

.

.
.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...