Banyak orang
berpendapat gaya kepemimpinnya yang koboi dan nyentrik. Dua kata ini
dalam kamus bahasa Indonesia bisa berarti adalah orang yang bertindak
seenaknya sendiri, nyentrik artinya berprilaku di luar kebiasaan.
Melihat arti tersebut dapat menghasilkan interpretasi yang berbeda bagi
siapa pun yang mengartikan gaya kepemimpinan ala Ibu Risma ini.
Indonesia sendiri
banyak mempunyai pemimpin yang memiliki karakter atau gaya kepemimpinan
yang berbeda. Antara lain: Presiden Republik Indonesia pertama Soekarno
memiliki gaya kepemimpinan yang bersemangat dengan rela berkorban bagi
rakyat dan bangsanya. Gubernur DKI Jakarta Jokowi memiliki karakter
kepemimpinan yang dikenal dengan blusukannya, terkesan santai dan
merakyat. Kemudian Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki atau dikenal Ahok
sangat dikenal dengan sifat tegas,berteriak keras jika marah tidak
ditutup-tutupi dan berpihak pada rakyat.
Sosok Ibu Risma
sendiri adalah paduan dari ketiga sosok pemimpin di atas, ia rela
berkorban demi warganya, tegas menyelesaikan sesuatu masalah, melakukan
blusukan dengan gayanya sendiri, marah jika ada pelanggaran yang
tertangkap oleh matanya, tidak berusaha menutupi segala sesuatu yang ia
lihat tidak benar, apa adanya, tegas tidak kompromi jika itu merugikan
warganya dan juga berjuang demi rakyat kecil. Ia tidak peduli dengan
citra kepemimpinan yang di labelkan pada dirinya koboi dan nyentrik.
Jika kita belum
mengenalnya secara jauh hanya melihat dan mendengar dari apa yang
diberitakan, ada kemungkinan kita menarik kesimpulan kurang tepat.
Membuat kita bisa mengeluarkan pernyataan yang negatif yang merugikan
bukan hanya kita tetapi juga seluruh rakyat Indonesia.
Siapakah Ibu Risma ini?
Nama lengkapnya Ibu
Tri Risma Harini atau Ir.Tri Rismaharini,M.T. Di lantik sebagai Walikota
Perempuan Pertama di kota Surabaya, Jawa Timur per tanggal 28 September
2010. Sebelumnya beliau menjabat sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan
Pertanaman (DKP) kota Surabaya dan Kepala Perencanaan Kota Surabaya
(Bappeko) hingga tahun 2010.
Tampak kesederhanaan
dari penampilannya, jauh kesan seorang pejabat. Keseharian ia hanya
menggunakan baju batik simpel, berkerudung seperti wanita muslim
umumnya, tanpa polesan apa pun diwajahnya, serta perhiasan melengkapi
penampilan. Dalam melaksanakan tugas, ia di temani oleh supir, dan
ajudan dengan menggunakan kendaraan yang sederhana. Mengintari seputar
kota Surabaya untuk menyambangi rakyat yang membutukan bantuan.
Kesederhanaan tutur
katanya yang membuat rakyat kecil mudah mengartikan. Selalu berbicara
jujur tidak ada yang disembunyikan. Saat harus marah ia tidak berusaha
menahan amarahnya karena ia memiliki alasan untuk marah, jika tidak
marah maka orang yang bersangkutan tidak mengerti kesalahannya. Ketika
harus menegur ia akan menegur dengan cara tegas, tetap berusaha membuat
tidak tersinggung yang mendengarnya.
Tidak sombong dan
menggurui terlihat dari kata-kata yang digunakan, serta raut wajah yang
ditampilkan. Tanpa terkesan mengajari yang seolah-olah menunjukan bahwa
ia lebih pintar dari segi pengalaman dan pengetahuan.
Kesederhanaan tingkah
lakunya. Terlihat tidak memberi kesan bahwa ia adalah seorang pejabat
yang harus diutamakan dan disambut kedatangannya. Dengan gaya nyetriknya
setiap hari blusukan artinya mengunjungi kemana pun sesuai kata hatinya
tidak perlu agenda, hanya Tuhan yang memimpin kakinya kemana seorang
Risma harus melangkah.
Langsung turun tangan
tanpa menunggu bantuan datang. Dengan pertimbangan orang yang menderita
butuh segera di bantu. Salah satu sebab mengapa kepemimpinannya sering
disebut ala koboi. Timbul pertanyaan kenapa ia tidak mendelegasikan
tugas tersebut ke bawahannya? Jawabannya mudah, bahwa orang tersebut
butuh dibantu segera, setelah itu penanganan berikutnya bisa di
delegasikan.
Apa yang telah Ibu
Risma lakukan cukup banyak dapat dirasakan oleh masyarakat Surabaya
khususnya dan memberikan efek positif yang baik bagi masyarakat Bangsa
dan Negara Indonesia. Beberapa Penghargaan yang sudah di terimanya.
Sungguh sangat mengharumkan nama Negara Indonesia di mata International.
Masyarakat seperti apa yang di lirik Ibu Risma?
Masyarakat yang
mendapat perhatian bukan hanya masyarakat pada umumnya tetapi lebih
kepada masyarakat yang terlupakan antara lain: anak-anak muda yang
kurang perhatian, penghuni lokalisasi, orang-orang gila yang tidak
memiliki tempat tinggal, para buruh, masyarakat miskin dan masih banyak
kategori masyarakat lainnya yang menderita.
Ibu Risma berjuang
bukan saja untuk kepentingan warga dan kota Surabaya saja tetapi untuk
memberikan yang terbaik bagi tanah air. Untuk memberikan contoh kepada
pemimpin lain dan calon pemimpin generasi muda Indonesia. Beginilah cara
kepemimpinan yang harus diterapkan untuk membangun Negara Indonesia.
Juga untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa masih ada pemimpin di
tanah air ini yang pro rakyat kecil.
Ketika pertama kali
mengucapkan sumpah, Ibu Risma sudah tahu resikonya. Bahwa ia adalah
milik seluruh warga masyarakat Surabaya bukan hanya keluarganya saja.
Perinsipnya, ia adalah pelayan warga Surabaya. Arti pelayan sendiri
adalah orang yang melayani bukan yang dilayani. Jelas sekali ia mengerti
dengan tanggung jawabnya sebelum ia menjalankan tugas sebagai Walikota
Surabaya.
Pro dan Kontra dengan gaya kepemimpinan Ibu Risma
Gaya kepemimpinan
berlabel koboi dan nyentrik yang berpihak pada rakyat kecil sering
mengalami kritikan bahkan tekanan dari pejabat yang tidak setuju dengan
sepak terjangnya dalam menyelesaikan masalah. Kebijakannya sering
dianggap tidak populer serta di anggap melawan arus.
Tekanan bukan saja
dari kalangan pejabat tetapi dari pihak-pihak yang merasa dirugikan
oleh sepak- terjangnya itu. Di anggap merugikan kelompok-kelompok
tertentu.
Ketulusan hati Ibu Risma
Ibu Risma seorang
wanita yang mempunyai keluarga, memiliki hati keibuan. Istri dan ibu
dari 2 orang anak remaja yang juga membutuhkan perhatian dan
kehadirannya. Ketika segala tekanan yang berat sekali pun sudah ia
lewati tidak berhenti menyerangnya, membuat seorang Risma mengambil
keputusan untuk mengundurkan diri sebagai Walikota Surabaya. Ia sudah
sampai pada titik dimana tidak kuasa menghadapi kekuatan-kekuatan yang
menyerangnya. Hanya Tuhan yang tahu itu ungkapnya dengan beruraian air
mata ketika pertanyaan dilontarkan dalam acara Mata Najwa di Metro TV,
mengapa ia berkeinginan mundur dan rela meninggalkan rakyatnya. Dengan
ketulusan hati ia menjawab :
“semua sudah saya berikan yang terbaik untuk warga Surabaya, tidak tersisa lagi”
Bagaimana kita sebagai masyarakat Indonesia melihat ini semua?
Apakah kita masih
meragukan gaya kepemimpinan Risma yang koboi dan nyetrik tersebut dengan
mengabaikan ketulusan hati Risma untuk membuat mayarakat Surabaya dan
masyarakat Indonesia menjadi lebih bermartabat. Sanggupkah kita sebagai
generasi muda untuk diam saja?
Hendaklah kita semua
berusaha untuk melihat ketulusan hati seorang Risma dengan kacamata yang
jernih. Jangan hanya mengukur dari sepak terjang dan tindakannya yang
dianggap aneh.
Hatinya yang tulus
harus di hargai agar Risma-Risma lain bermunculan bukan hanya di
Surabaya saja tetapi di setiap penjuru kota di tanah air tercinta kita
Indonesia.
Maria Nereng
Sumber: Kompasiana
Sumber: Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar