. Timun Wungkuk Jaga Imbuh

Timun Wungkuk Jaga Imbuh

Menjadi Pelengkap atau Cadangan

Karena bentuk ketimun ini tidak sempurna, tapi bila dibuang juga sayang --- karena masih bisa dimakan, maka ketimun ini tidak untuk dijual tapi untuk tambahan/ bonus. Saya kira Anda tidak nyaman bila diposisikan semacam timun wungkuk yang tidak peranannya diperhitungkan atau tidak dihargai.


Pribahasa yang cukup kita kenal yaitu “Tak ada rotan, akar pun jadi”, apapun yang bisa kita pakai untuk melengkapi kekurangan yang ada, maka bisa secara baik dipakai. Itu adalah cerminan bagaimana kreatifitas berjalan, ini gambaran pemanfaatan barang tapi bukan untuk manusia. Namun sebagai manusia, untuk usaha dan sikap mental pada diri, maka kita tidak boleh hanya sekedar menjadi cadangan atau pelengkap penderita, yang artinya bahwa kita bukan yang beperanan utama atas diri kita.

Kita bisa menjadi manusia yang punya peran penting dalam hidup kita sendiri maupun orang lain. Andalah yang menentukan harga diri anda sendiri, seorang bijak  mengatakan bahwa “yang dapat menyakiti diri kita, hanya jika kita sendiri mengijinkannya”, jadi sebenarnya kita tidak bisa disakiti selama kita menjadi berperanan.

Demikian hal nya peran kita, kita hanya bisa memerankan diri atau tidak, itu kitalah yang berpegang pada diri sendiri.

Jadilah manusia yang memiliki peranan utama.
  • Dalam kehidupan berumah tangga, “Timun Wungkuk Jaga Imbuh”, Hai… para istri/wanita, anda bukanlah pelengkap penderita, atau ban serep bagi suami/pasangan anda. Maka tampillah menjadi istri/wanita yang memiliki peran penting dalam mencintai dan membangun keluarga. Dan hai.. para suami/lelaki, jangan menyia-nyiakan istri hanya diperankan sebagai pembantumu, gundikmu, yang hanya engkau manfaatkan saat untuk memenuhi keegoisan diri, cintailah dan bangunlah bersama agar keluarga menjadi beperan utama dalam kepemimpinan yang tunggal, bukan hanya satu pribadi saja.
  • Dalam hubungan orang tua dan anak (Guru dan Murid), anak atau murid bukanlah hanya untuk menjadi sekedar diberitahu saja, yang hanya melaksanakan perintah-perintah, tapi suatu saat akan menjadi mengerti dan yang berperan utama yaitu menjadi orang tua atau guru itu sendiri.
  • Dalam hubungan keluarga dengan keluarga lain (bermasyarakat), kalau kita adalah pemengang peran utama, maka estafetkan pula kepada yang lain agar punya kesempatan untuk berperan, itulah sikap untuk membangun masyarakat yang saling melengkapi untuk lebih baik. Janganlah “one man show” dan orang lain selalu salah atau hanya pelengkap saja.

Tidak ada komentar:

.

.
.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...