Restoran orang Jepang sangat pandai dalam mendisplay hidangan sehingga terlihat cantik dan menggugah selera pelanggan. Mata pasti akan langsung berbinar melihat aneka Japanese Food terhidang di meja, bila anda ada kesempatan berkunjung pasti ingin segera menyantapnya setidaknya akan timbul hasrat Anda untuk mencicipinya.
Berbeda dengan rumah makan masakan padang yang terdapat di perempatan jalan kota-kota besar di Indonesia yang mendisplai makanan sajian makanan dietalase depan bisa anda pesan dan segera disantap. Yang menarik dari restoran Jepang menggunakan replika makanan dari plastik terkadang dari lilin sehingga bisa awet berhari-hari display.
Replika makanan ini dibuat sama persis dengan aslinya. Dibuat dengan bahan yang aman dan tidak mudah rusak, Replika makanan ini sengaja dipakai untuk contoh sajian dengan bentuk dan ukuran nyata, Harga dari replika ini terjangkau cukup murah untuk kelas restoran mulai dari 50.000 rupiah.
Kesempurnaan kualitas replika makanan ini terletak pada detail-detail yang halus seperti benjolan-benjolan yang sangat kecil pada kulit ayam panggang, biji-biji yang berserakan pada sepotong semangka, dan lekukan-lekukan halus pada selembar daun selada dibuat secara terampil. Namun, bagaimana makanan plastik menjadi begitu populer di restoran-restoran di Jepang?
Menjelang akhir abad ke-19, beberapa restoran memajang contoh hidangan mereka untuk memperkenalkan makanan luar negeri kepada masyarakat Jepang. Dengan demikian orang yang lalu-lalang dapat melihat makanan tanpa perlu masuk ke dalam restoran. Tentu saja, pajangan itu tidak hanya memikat orang tetapi juga binatang dan lalat. Hawa panas dan kelembapan mengakibatkan makanan menjadi rusak, dan untuk membuat contoh makanan setiap hari biayanya tinggi.
Pada waktunya, makanan asli diganti dengan replika yang terbuat dari lilin berwarna. Namun, lilin punya kelemahan besar meleleh bila hawa panas. Belakangan, lilin diganti dengan plastik vinil. Akhirnya, inilah bahan yang awet dan tahan panas sekaligus memikat pelanggan yang tepat manusia!? Namun, bagaimana replika plastik ini dibuat?
Pertama-tama, dibuatlah sebuah cetakan untuk suatu jenis makanan. Sepotong steik atau bistik, misalnya, diletakkan dalam wadah empat persegi, kemudian silikon dituang ke dalam wadah itu sampai steik terendam. Setelah mengeras, cetakan itu dibalik. Steik dikeluarkan, dan cetakannya pun jadi. Vinil berwarna kemudian dituang ke dalam cetakan dan dipanggang pada suhu 82 derajat Celsius. Setelah dingin, steik tiruan dikeluarkan. Sekarang, steik itu bisa dilukis.
Untuk membuat roti lapis, setiap bahan irisan roti tawar, daging, keju, dan selada harus dicetak terpisah. Setelah itu, prosesnya mirip menyiapkan roti lapis asli. Berbagai bahan disusun di antara irisan-irisan roti. Tetapi, untuk roti lapis plastik, bahan-bahan itu direkatkan satu sama lain.
Boleh dikatakan, membuat makanan plastik adalah suatu seni. ”Kunci untuk membuat makanan plastik terlihat asli ialah mengamati makanan aslinya dengan cermat,” kata Katsuji Kaneyama, yang menggeluti bisnis ini selama 23 tahun. ”Orang biasanya menganggap makanan sebagai bahan santapan. Kami menganggap makanan sebagai bahan untuk ditiru.”
Bila kita mengamati semangkuk nasi Jepang yang baru dimasak, setiap butir nasi kelihatan terpisah dan berbeda-beda bentuknya. Nasi dalam mangkuk itu tampak ”menggunung di tengah-tengah”, Kaneyama menjelaskan. Untuk menciptakan efek ini, setiap butir nasi harus dicetak secara terpisah. Butir-butir itu tidak bisa ditumpuk begitu saja karena akan rebah. Sebaliknya, butir-butir nasi itu harus direkatkan dengan hati-hati ke tempatnya sehingga mirip nasi asli yang menggunung. Dengan menambahkan sentuhan yang realistis, makanan itu akan lebih menarik bagi mata yang jeli.
Keterampilan membuat makanan plastik bisa diperoleh melalui pengalaman selama bertahun-tahun. Seorang pemagang mungkin menghabiskan beberapa tahun pertama untuk mempelajari keterampilan dasar, mulai dengan membuat bahan yang sederhana seperti jamur. Makan waktu kira-kira sepuluh tahun belajar sampai seseorang dapat membuat replika ikan segar yang realistis dengan tekstur dan warna yang rumit. Mungkin dibutuhkan waktu sampai 15 tahun sebelum seseorang dianggap ahli dalam bidang ini.
Jadi apabila Anda kebetulan lewat di depan sebuah restoran di Jepang dan melihat pajangan hidangan yang menerbitkan air liur, ingatlah kerja keras di balik pembuatannya. Bisa jadi Anda bertanya-tanya mana yang membutuhkan lebih banyak keterampilan mempersiapkan makanan aslinya atau membuat tiruannya dari plastik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar