3D Printing adalah sebuah terobosan
baru dalam dunia teknologi. Terobosan ini sangatlah
populer di seluruh belahan dunia, terutama di kalangan ilmuan dan bangsawan. Hal ini karena mereka percaya bahwa teknologi 3D Printing
akan mampu membawa dunia ini pada kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Terkait dengan definisinya sendiri, 3D Printing adalah sebuah printer dengan
kecanggihan khusus, yakni mampu mencetak benda, yang sama persis dengan gambar
soft file-nya, dalam bentuk 3D (tidak lagi sebatas mencetak gambar di atas kertas saja). Berhubung hasil
cetakan bukan berupa gambar atau tulisan di atas kertas, maka printer 3D
pun tidak memiliki amunisi berupa tinta, melainkan
bahan lain yang menjadi bahan dasar pembuatan produk. Misalnya, untuk mencetak
gantungan kunci, maka tinta di printer diganti dengan bahan plastik. Dengan
begitu, seseorang yang memiliki Printer 3D akan mampu memiliki apapun yang
mereka inginkan, asalkan memiliki design atau gambar dalam bentuk soft file-nya.
Kegunaan lain yang bisa diperoleh dari
teknologi 3D Printing adalah kebutuhan manusia dapat terrealisasikan dengan
lebih cepat, karena bisa dicetak langsung dari design menjadi propotype
tertentu. Kegunaan kedua, masing-masing individu bisa lebih hemat dalam
hal ekonomi, karena ketika menginginkan sesuatu, orang tidak lagi perlu membeli
banyak produk, melainkan hanya butuh mencetaknya
sendiri. Manfaat ketiga, 3D Printing akan membuka lahan usaha baru, yakni
terbuka lebarnya pintu usaha untuk para designer dan seniman. Selain itu,
tenaga pekerja untuk membuat 3D Printer itu sendiri juga banyak, sehingga angka
pengangguran bisa berkurang.
Walaupun begitu, ternyata teknologi 3D Printing
tidak serta merta diterima baik oleh masyarakat. Kenyataannya ia dapat
menyebabkan perubahan yang membahayakan untuk kehidupan dunia. Salah satu efek
buruk yang bisa disebabkan oleh teknologi 3D Printing adalah matinya
pekerjaan-pekerjaan manufaktur. Adapun spesifikasi dari pekerjaan manufaktur
umumnya berupa pekerjaan yang membutuhkan
kemampuan rendah seperti layanan jasa. Padahal, beberapa negara besar, seperti
China misalnya, lebih banyak bergantung pada keberadaan pekerjaan berbasis jasa
untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonominya. Selain itu, 3D Printing juga tidak praktis
dalam beberapa hal, salah satunya adalah material pembentuk.
Seperti halnya printer 2D yang materialnya hanya
berupa tinta, printer 3D juga memiliki keterbatasan yakni bisa menyediakan satu
jenis material saja untuk satu mesinnya. Adapun material yang hingga saat ini
sudah ada adalah plastik, metal, dan keramik. Untuk material campuran (untuk
membuat lintasan jalan raya misalnya) juga ada sebenarnya, namun masih
dalam tahap pengembangan. Keterbatasan ini berlaku
juga untuk pewarnaan produk.
Apapun warna yang ada di gambar, produk yang
tercetak nantinya hanya akan memiliki satu warna sesuai dengan material yang
ada di dalam printernya. Sebab itu, ketika ingin mengaplikasikan warna yang
beragam untuk satu produk, perlu dilakukan pengecatan secara manual menggunakan
pilox atau pewarna lainnya.
Dampak lain yang bisa disebabkan oleh berkembang
pesatnya 3D Printing adalah matinya copyright. Hal ini karena orang bisa dengan
sesuka hatinya mencetak barang-barang yang mereka inginkan dengan hanya
bermodalkan rancangan atau gambar dalam bentuk sof file-nya saja.
Pembajakan produk ternama tentu bukan lagi menjadi hal yang susah. Bahkan,
brand-brand terkenal juga bisa dimiliki tanpa harus mahal-mahal membeli
di outlet aslinya. Selanjutnya, mengingat
orang bisa mencetak apapun dengan berbekal rancangan soft-nya, bukan merupakan
hal yang tidak mungkin jika angka kriminalitas akan meningkat. Sebab, dengan
kondisi saat ini yang masih langka 3D Printing saja sudah banyak orang
yang mengantongi senjata api dari hasil membeli di pasar gelap. Tentu kepemilikan senjata berbahaya secara
bebas pun akan semakin tinggi bila 3D Printing sudah merambat ke seluruh
penduduk.
Teknologi 3D
Printing akan membawa dunia menuju abad post-industrialisasi di mana
produk akan didapatkan dengan lebih murah dan lebih
cepat memproduksinya dalam jumlah banyak. Namun, mengingat efek yang
ditimbulkan 3D Printing juga cukup membahayakan, maka perlu dikembangkan satu
solusi yang tepat agar bisa menyeimbangi keberadaan 3D Printing di tengah kehidupan
sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat dunia.
Pengertian dan Sejarah Printer 3D
3D Printing atau dikenal juga sebagai Additive Layer Manufacturing
adalah proses membuat objek padat 3 dimensi atau bentuk apapun dari
model digital. Cara kerjanya hampir sama dengan printer laser dengan
tehnik membuat objek dari sejumlah layer/ lapisan yang masing-masing
dicetak di atas setiap lapisan lainnya. Teknologi
printing ini sendiri sebenarnya sudah berkembang sejak sekitar 1980an
namun belum begitu dikenal hingga tahun 2010an ketika mesin cetak 3D ini
dikenalkan secara komersial. Dalam sejarahnya Printer 3D pertama
yang bekerja dengan baik dibuat oleh Chuck Hull dari 3D Systems Corp
pada tahun 1984. Sejak saat itu teknologi 3D printing semakin berkembang
dan digunakan dalam prototyping (model) maupun industri secara luas
seperti dalam arsitektur, otomotif, militer, industri medis, fashion,
sistem informasi geografis sampai biotech (penggantian jaringan tubuh
manusia). Woww, menakjubkan bukan?
Prinsip Dasar dan Cara Kerja Mesin Printer 3D
Prinsip dasar atau cara kerja mesin printer 3D secara umum terbagi
pada 3 tahapan proses yaitu Model objek 3D, Printing dan Finishing. Model objek 3D
dapat dibuat dengan bantuan design komputer atau scanner 3D, proses ini
menganalisa dan mengumpulkan data dari objek nyata untuk kemudian
bentuk dan penampilannya dibuat digital sebagai model tiga dimensi.
Proses Printing atau mencetak menggunakan prinsip
dasar Additive Layer (lihat definisi di atas) dengan rangkaian proses
mesin membaca rancangan tiga dimensi dan mulai menyusun lapisan secara
berturut turut untuk membangun model dalam serangkaian proses lengkap.
Lapisan-lapisan ini yang dihubungkan oleh model virtual (3d model)
digabungkan secara otomatis untuk membentuk susunan lengkap yang utuh.
Keunggulan utamanya adalah mesin printer 3d dengan teknik ini dapat
membuat bentuk apapun tanpa batas. Tahap Finishing
dapat dilakukan secara manual untuk menyempurnakan bagian-bagian
kompleks yang mungkin disebabkan oleh oversized atau ukuran yang berbeda
dari yang diinginkan. Tehnik tambahan untuk menyempurnakan proses ini
dapat pula menggunakan tehnik multiple material atau material berbeda;
multiple color atau kombinasi warna.
Gambar Mesin Printer 3D
Printer 3D dapat dimanfaatkan untuk membuat bentuk makanan cepat saji.Gambar mesin printer 3D dari 4 sisi:
Teknologi 3D Printing, Ilmuwan Bisa Cetak Pembuluh Darah
Ilustrasi cetak organ tubuh dengan printer 3d |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar