. Terbukti Kondom Tak Mampu Cegah HIV/AIDS

Terbukti Kondom Tak Mampu Cegah HIV/AIDS

Gereja Katolik (Vatikan) menyerukan kepada masyarakat bahwa kondom tidak melindungi seorang dari ketularan virus HIV/AIDS. Selanjutnya sebagaimana dikemukakan oleh Kim Barnes (2003) dari BBC London, menyatakan bahwa cara terbaik agar terhindar dari virus HIV/AIDS adalah abstinentia, yaitu tidak melakukan hubungan seks di luar nikah.

Alfonso Lopez Trujillo (2003) seorang kardinal senior dari Vatikan yang menyatakan virus HIV/AIDS dapat menembus dinding kondom, kecilnya virus HIV 1/450 lebih kecil dari sperma saja masih bisa menembus lapisan kondom, apalagi virus HIV.

Gordon Wambi (2003) seorang aktivis AIDS menyatakan ketidaksetujuan pemakaian kondom. Hal ini sesuai dengan Vatikan’s Pontifical Council for Familiy yang menyerukan kepada pemerintah agar tidak menganjurkan pemakaian kondom kepada rakyatnya: kampanye kondom sama saja kampanye rokok, bahanya sama.

Sejak kondom mudah diperoleh penyebaranya HIV/AIDS menjadi melesat dengan pesat, disimpulkan bahwa kondom membantu penularan penyebaran HIV/AIDS, demikian dikemukakan oleh Archbishop of Nairobi (Raphael Ndingi Nzeki, 2003).

Selanjutnya gereja Katolik menganjurkan kepada salah satu pasangan suami istri yang terinfeksi untuk tidak menggunakan kondom, sebab virus HIV bisa menembus pada pasangan yang lain. Dewasa ini dunia sedang menghadapi global pandemic HIV/AIDS yang telah menewaskan lebih dari 20 juta orang dan menginfeksi 42 juta orang.

Beberapa data berikut ini kiranya dapat menyadarkan kita semua terdapat kontroversi kondom yang selama ini diperdebatkan:

Peneliti yang dilakukan oleh Lytle, et. al. (1992) dari Division of Life Sciencies, Rockville, Maryland, USA, membuktikan bahwa penetrasi kondom oleh pertikel sekecil virus HIV/AIDS dapat terdeteksi.

Penelitian yang dilakukan oleh Cary, et. al (1992) dari Division of Pshysicial Sciences, Rockville, Maryland, USA, menemukan kenyataan bahwa virus HIV/AIDS dapat menembus kondom. Kondom yang beredar di pasaran 30% bocor.

Direktur Jenderal WHO, Hiroshi Nakajima (1993) menyatakan bahwa efektifitas kondom diragukan.

Pernyataan J. Mann (1995) dari Harvard AIDS Institute yang menyatakan bahwa tingkat keamanan kondom (bebas bocor) hanya 70%.

Dalam konferensi AIDS Asia Pasifik di Chiang Mai, Thailand (1995) dilaporkan bahwa pengguna kondom aman tidaklah benar. Pori-pori kondom berdiameter 1/60 mikro dalam keadaan tidak meregang, sedangkan bila dalam keadaaan meregang pori-pori tersebut mencapai 10 kali lebih besar. Sementara kecilnya virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Dengan demikian jelas bahwa virus HIV dapat dengan leluasa menembus kondom.

Laporan dari majalah Customer Report (1995) menyatakan bahwa pemeriksaan dengan menggunakan elektron mikroskop dapat dilihat pori-pori kondom yang 10 kali lebih besar dari  virus HIV (Rep.1/11/95).

Pernyataan dari M. Potts (1995), Presiden Family Health Internasional, salah satu pencipta kondom mengakiu antara lain bahwa, “Kami tidak dapat memberitahukan kepada kalayak ramai sejauh mana kondom dapat memberikan perlindungan pada seseorang. Sebab, menyuruh mereka yang telah masuk kedalam kehidupan yang memiliki risiko tinggi (seks bebas dan pelacuran) ini memakai kondom, sama saja artinya menyuruh orang yang mabuk memasang sabuk kelehernya” (Rep. 12/11/95).

Pernyataan dari V. Cline (1995), Profesor Psikologi dari Universitas Utah, Amerika Serikat, menegaskan bahwa memberi kepercayaan kepada remaja atas keselamatan berhubungan seksual dengan menggunakan kondom adalah sangat keliru. Jika para remaja percaya bahwa dengan kondom mereka aman dari HIV/AIDS atau penyakit kelamin lainya, berarti mereka telah tersesat (Rep. 12/11/95).

Pernyataan pakar AIDS, R. Smith (1995), telah bertahun-tahun mengikuti ancaman AIDS dan pengguna kondom, mengancam mereka yang telah menyebarkan safe sex sama saja dengan mengundang kematian”. Selanjutnya beliau mengetengahkan pendapat agar risiko penularan/penyebaran HIV/AIDS diberantas dengan cara menghindari hubungan seksual diluar nikah (Rep.12/11/95)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Biran Affandi (2000) menyatakan bahwa tingkat kegagalan kondom dalam Keluarga Berencana mencapai 20 %. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan dari Prof. Dr. Haryono Suryono (1994) bahwa kondom dirancang untuk Keluarga Berencana dan bukan mencegah virus HIV/AIDS. Kondom adalah untuk mencegah penetrasi sperma bukan untuk mencegah penetrasi virus HIV/AIDS.

Dari Washington diberitakan oleh Associated Press (AP) yang dikutip oleh koran Tempo (12 November 2005), yang menyebutkan ada peringatan dari Food And Drug Administrations (FDA) perihal mengenai peringatan pada kemasan kondom. FDA mengharapkan pada kemasan kondom tertera peringatan bahwa kondom hanya sedikit efektif mencegah penyebaran penyakit seksual yang menular seperti herpes genitalis, virus papiloma dan virus HIV/AIDS. Kondom adalah untuk mencegah penetrasi sperma, bukan untuk mencegah pentrasi virus HIV/AIDS.
program kampanye kondom yang digaungkan Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi. Program pembagian kondom dinilai hanya akan melegalkan seks bebas, utamanya di kalangan remaja. - See more at: http://www.aidsindonesia.or.id/news/4813/1/29/06/2012/PBNU-Batalkan-Program-Kampanye-Kondom#sthash.Kh80HY5w.dpuf

Program kampanye kondom yang digaungkan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi dalam Pekan Kondom Nasional 2013 dalam rangpa peringatan hari AIDS se-Dunia 1 Desember 2013 tidak akan mampu menekan angka penyebaran virus HIV/AIDS di Indonesia. Dengan program membagikan kondom ke masyarakat hanya melegalkan sex bebas, utamanya dikalangan remaja.
program kampanye kondom yang digaungkan Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi. Program pembagian kondom dinilai hanya akan melegalkan seks bebas, utamanya di kalangan remaja. - See more at: http://www.aidsindonesia.or.id/news/4813/1/29/06/2012/PBNU-Batalkan-Program-Kampanye-Kondom#sthash.Kh80HY5w.dpuf

Bus Pekan Kondom Nasional Dengan Model Jupe
program kampanye kondom yang digaungkan Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi. Program pembagian kondom dinilai hanya akan melegalkan seks bebas, utamanya di kalangan remaja. - See more at: http://www.aidsindonesia.or.id/news/4813/1/29/06/2012/PBNU-Batalkan-Program-Kampanye-Kondom#sthash.Kh80HY5w.dpuf
Penyebaran virus HIV/AIDS di Indonesia memang mengkhawatirkan. Data terbaru menunjukkan pada 2012 jumlah orang yang telah terinfeksi HIV sejumlah 10.362 orang, 5686 terinfensi AIDS dan 1.146 meninggal dunia karenanya.

Sementara dari Januari hinga Juni 2013, diketahui jumlah orang yang terinfeksi HIV mencapai 10.210 orang. 780 orang terinveksi AIDS dan 105 orang telah meninggal.

Lalu, jika kondisinya demikian apakah kampanye pemakaian kondom adalah solusi atas persoalan ini?. Jawabnya adalah tidak.


Tidak ada komentar:

.

.
.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...