Sahabat saya Azhar Muhammad
bertanya : "Setelah menyalakan lilin kemudian ditiup hingga mati, Itu
ritual yang tak kumengerti ketika ada perayaan ulang tahun, Pelajaran
dari siapa? Maknanya apa? Supaya Apa? Siapa pelaku pertama dan kapan? Mungkinkah seorang berbuat sesuatu tanpa maksud?
JAWAB : Memang banyak hal yang kita lihat sehari-hari tanpa mengerti
kapan itu dimulai dan terjadi? Bahkan buku tentang ensiklopedi asal-usul
pun tidak akan pernah lengkap, karena memang banyak penemuan di dunia
ini, walau ada yang mencatatnya, tapi kita sering melewatkannya.
Tentang LILIN, yang terbuat dari PARAFIN yang diberi sumbu pada masa
ini, pertama kali diketahui berasal dari ORANG MESIR 3000 SM yaitu
menggunakan LEMAK SAPI yang diberi sumbu. Selanjutnya, mereka
menggunakan ALANG-ALANG dengan SUMBU SERAT yang dicelupkan ke dalam
LEMAK CAIR lalu didinginkan, dan kembali dicelupkan ke dalam lemak cair,
didinginkan, dan kembali dicelup sampai ketebalan tertentu. Namun,
lilin di zaman itu belum sesempurna sekarang. Sering, ketika dinyalakan
lilin mengeluarkan asap kehitaman. Atau, kerap juga mengeluarkan semacam
gas dan aroma tak sedap yang membuat mata jadi pedih.
Biasanya, lilin terbuat dari malam, lemak padat, atau materi lain yang
terbakar secara lambat.Saat terbakar, panas api akan mencairkan lilin
dekat pangkal sumbu. Di abad pertengahan, lilin lemak banyak digunakan
masyarakat Eropa. Namun harganya yang lebih mahal dibandingkan lampu
lemak, menjadikan lilin sebagai benda mewah. Tak heran, saat itu
pengguna lilin hanyalah kaum bangsawan. Penelitian tentang
lilin terus berlanjut, hingga lemak bersumbu digantikan lilin dari MALAM
LEBAH yang beraroma wangi tanpa disertai bau lemak. Puncaknya, pada
abad XIX, ahli kimia Prancis, Michel Eygene Chevreul, berhasil
memisahkan asam lemak dari gliserin lemak sehingga menghasilkan ASAM
STEARAT, bahan penting untuk menghasilkan lilin bermutu baik. Stearat
bersama dua bahan yang ditemukan selanjutnya, yaitu SPERMACETI dan malam
PARAFIN, menjadi bahan baku utama lilin. Spermaceti terbuat
dari lemak ikan paus. Kelebihan spermaceti adalah tidak menimbulkan bau
pedas dan rasa pedih di mata saat lilin menyala selain itu, batang
lilinya tidak mudah lembek dan bengkok. Selama perkembangannya,
ada beberapa cara pembuatan lilin. Mulai dari yang hanya mencelupkan
sumbu ke dalam lilin, hingga menggunakan mesin pencetak lilin, yang
mulai dikembangkan pada abad XIX. Mesin itu terdiri atas tangki logam
yang dipanaskan, kemudian didinginkan bergantian. Cara kerjanya,
mula-mula sumbu disusupkan dari dasar cetakan, menembus lilin cair dalam
cetakan. Setelah cetakannya dingin dan lilin mengeras, sumbunya
dipotong. Lilin Ulang Tahun Walau sudah diketemukan
LAMPU yang menggunakan listrik (PX, PL, PLC, dlsbnya. ini istilah untuk
menyebut jenis-jenis bohlam, bagi mereka yang bergelut di bidang
perlistrikan pasti paham), toh LILIN masih menjadi penerangan yang
banyak DICARI, apalagi kalo lampu PLN MATI. Walaupun asal
muasal dari ritual meniup lilin ulang tahun tidak diketahui, sejarah
mencatat tradisi ini dimulai dari Kinderfest (Kinder di dalam bahasa
Jerman berarti anak-anak), sebuah perayaan ulang tahun bagi anak-anak
pada abad 18. Disebutkan pula, tradisi saat itu menempatkan
lilin-lilin yang melambangkan usia. Selain itu ada yang menambahkan
beberapa lilin untuk mengindikasikan “umur di masa datang”. Di masa
sekarang, lilin dimaksudkan untuk mengucapkan permohonan sebelum meniup
lilin. Diyakini bahwa meniup semua lilin dalam satu napas
berarti keinginan akan terkabul dan orang tersebut akan memperoleh nasib
yang baik di tahun mendatang. Lilin NATAL Sebenarnya
tidak hanya umat Kristiani saja yang menggunakan Lilin sebagai salah
satu pelengkap dalam ritualnya, agama yang lain pun ada juga yang
memanfaatkan lilin sebagai bagian dari ritual keagamaannya.
Dalam tradisi Gereja, apalagi Katholik, di setiap altarnya tak lepas
dari adanya LILIN dalam meja altar tersebut. Penggunaan lilin natal itu
tak lepas dari tradisi HARI RAYA HANUKKAH (Hari raya pentahbisan BAIT
ALLAH) di Yerusalem 165 SM yang bertepatan dengan PERINGATAN NATAL
YESUS, sering disebut sebagai FESTIVAL CAHAYA. Biasanya dirayakan dengan
menyalakan lilin selama 8 hari secara terus-menerus. Tradisi
Festival Cahaya saat Natal Yesus Kristus, yaitu PENYALAAN LILIN dan,
pada zaman modern ada yang melengkapinya dengan lampu Natal. Festival
Cahaya dalam konteks Natal kemudian dimaknai secara lebih luas oleh
Yohanes 1:5, yaitu TERANG mengalahkan GELAP. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan tidak dapat mengalahkannya. (Yohanes 1:5) Lilin Di Indonesia
Lilin di Indonesia pun mempunyai kisah yang tak kalah menariknya,
bahkan di daerah Sumatera Barat ada tarian yang disebut TARIAN LILIN,
yang berawal dari Istana sering ditarikan pada malam hari, sebuah tarian
yang dipersembahkan oleh beberapa penari dengan diiringi musik. Para
penari ini akan membawa lilin yang dinyalakan pada piring dan dipegang
pada setiap belah tangan mereka. Penari ini akan menarikan tarian secara
berkumpulan dengan memutar-mutar piring yang ada lilin menyala secara
berhati-hati agar piring tersebut tetap mendatar, dan lilin tidak
terpadam. Menurut dongengnya, tari lilin diketemukan ketika ada
seorang gadis yang ditinggalkan tunangannya pergi berdagang. Ketika
KANGEN sang gadis selalu mencium dan membelai CINCIN TUNANGANNYA. Suatu
hari cincin tunangannya itu hilang! Dari pagi sang gadis
mencari cincin tersebut, bahkan sampai malam. Ketika malam ia memakai
lilin yang ditaruh di atas piring untuk penerangan dalam mencari cincin
tersebut. Gerakan gadis yang meliuk-liuk naik turun itulah yang menjadi
INSPIRASI tari piring. Demikian sedikit yang bisa saya jelaskan, terlalu panjang kalau ditulis lebih detil. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar