. Etika Internet Citizen Jurnalism

Etika Internet Citizen Jurnalism

Awalnya saya tidak begitu antusius menerima hadiah buku ‘Citizen Jounalism’ dari ‘Lomba Menulis Ala Atun’ yang dikirim oleh Bu Bunga Ilalang. Terus terang, saya kurang begitu suka buku-buku yang berbau jurnalis. Selama ini memang belum pernah membaca.
Akhirnya, setelah baca-baca, malahan saya menjadi begitu suka. Karena sangat menambah wawasan dan pemahaman saya tentang hal yang berbau jurnalis warga, blogger, atau netter.

Banyak hal yang seharusnya saya ketahui sebagai sebagai pengguna internet yang aktif menulis dapat saya temukan di buku karya Pepih Nugraha atau yang akrab disapa Kang Pepih ini.
Sebagaimana kita ketahui, Kang Pepih merupakan aktor hadirnya blog keroyokan Kompasiana yang berkembang pesat pada saat ini.
Banyak hal menarik yang dikupas oleh Kang Pepih berdasarkan pandangan, pemahaman, dan pengalamannya selama 22 tahun bekerja di bidang jurnalis dan sekitar 7 tahun bergelut di dunia internet dan mengelola blog.
Namun bagian paling menarik yang ingin saya tulis dan bagikan kembali adalah tentang etika berinternet atau NETIKET.
Dalam bukunya, Kang Pepih menyebut sepuluh etiket yang ditulis oleh Virginia Shea. Dimana kemudian dikutip Richard Craig, dalam buku ‘ Online Journalism: Reporting and Editing for New Media’ layak disebut sebagai Ten Commandments bagi para jurnalis warga, blogger, dan netter.
Kesepuluh netiket itu adalah:

1. Ingatlah Orang
Pada netiket pertama ini Kang Pepih mengutip kata-kata dari Konfusius: Jangan lakukan apa yang tidak ingin kita diperlakukan oleh orang lain!
Kita harus menyadari bahwa di dunia internet kita tidak sendirian. Selain diri kita masih ada orang lain.
Kita bukan hanya berhadapan dengan kata-kata, gambar atau video. Karena ada pengguna lain juga yang sedang kita hadapi.
Intinya adalah bahwa jangan mentang-mentang kita berada di dunia maya, sehingga berlaku suka-suka dan semena-mana.
Kita harus berpikir dengan tindakan kita. Jangan sampai apa yang kita lakukan dapat menyakiti atau merugikan orang lain.
2.Taat Kepada Standar Perilaku Online yang Sama yang Kita Jalani dalam Kehidupan Nyata
Yang namanya urusan moral, tidak peduli di mana pun mestinya kita menganggap adalah hal yang sama.
Persepsi bahwa ini di dunia maya tidak ada sanksi atau hukum yang berlaku seperti di dunia nyata sudah waktunya kita buang jauh-jauh.
Kita ingat poin pertama, bahwa di dunia maya kita tidak sendirian. Ada orang lainyang harus kita hargai dan hormati.
Untuk itu hindari penggunaan kata-kata kasar, tidak senonoh, caci-maki, penghinaan, membuat kacau forum diskusi, atau meng-hack situs dan blog orang lain.
3. Ketahuilah di Mana Kita Berada di Ruang Cyber
Kang Pepih menyebutnya sebagai ‘jangan usil soal kebiasaan orang lain’.
Tanpa kita sadari, sering kali kita tergoda untuk membahas tentang kebiasaan atau budaya lain. Bahkan urusan agama lain.
Sebagai jurnalis warga atau blogger, ada baiknya tidak membahas tentang kebiasaan atau budaya lain. Apalagi sampai menilai sebagai hal yang salah.
Kang Pepih menyontohkan tentang kebiasaan orang Papua yang memakai koteka. Mengapa kita harus nyinyir dan membahas habis-habisan? Apa untungnya? Yang ada justru akan menimbulkan perdebatan yang sia-sia.
4. Hormati Waktu dan bandwdith Orang Lain
Sengaja atau tidak dengan mengirim spam atau email sampah kita telah menyita waktu dan bandwidth orang lain. Selain itu juga menjengkelkan.
Termasuk berkomentar yang memprovokasi dan menyebarkan link-link iklan yang tidak dibutuhkan.
Satu yang patut dicatat, menurut Kang Pepih, menulis tautan copy paste di komentar-komentar yang mengarah ke postingannya adalah termasuk kegiatan spamming.
Dalam hal ini, menurut saya ada pengecualian. Berbeda halnya kalau sudah seijin pemilik kolom komentar dan tautannya berhubungan atau memperkaya tulisan yang kita komentari.
5. Buatlah Diri Kita Kelihatan Baik Saat Ber-Online
Menjadi baik atau buruk di dunia maya bisa jadi merupakan pilihan seseoran atau bawaan dari karakternya di dunia nyata. Itulah sebabnya jangan kecewa bila menemukan satu-dua netter yang berperilaku buruk dan mengacau. Karena di dunia maya masih banyak orang-orang yang berintegritas. Banyak para jurnalis warga, blogger atau netter yang tulus untuk berbagi di dunia maya tanpa pamrih. Memilih menjadi netter yang berperilaku baik dengan selalu menjaga etika. Bersopan santun dalam berkata-kata dan menulis hal-hal yang baik tentu bukan hal yang buruk. Walaupun ada kalanya kita akan dicap jaim _jaga image_ atau sok baik. Saya kira hal itu tidak harus mengubah perilaku kita.
6. Berbagi Ilmu dan Keahlian
Setiap hari mungkin saja ada pengguna baru yang tersasar di dunia maya yang belum mengerti apa-apa sehubungan dengan etika berinternet.
Kita yang mengerti tentang seluk-beluk dunia maya, sepantasnya terpanggil untuk membagikan ilmu. Istilahnya jangat pelit untuk berbagi ilmu.
Bukan hanya itu. Bisa juga kita berbagi dengan menuliskan hal-hal yang bermanfaat sesuai bidang yang kita kuasai, sehingga orang lain pun mengetahui dan merasakan manfaatnya.
Sesuai dengan moto Kompasiana, sharing atau berbagi. Bahwa sesama penghuni di dunia maya kita bisa saling berbagi untuk saling melengkapi.
7. Menolong agar Api Peperangan Tetap Terkontrol
Berbeda pendapat dan saling berdebat memang tidak ada salahnya. Tetapi perdebatan yang mengarah kepada saling menyerang dan saling memaki tentu sudah tidak sehat lagi.
Mengapa rubrik ‘Agama’ yang sempat ngetop di Kompasiana dihilangkan? Karena menurut Kang Pepih, suasana perdebatan sudah tidak sehat dan jauh dari kondusif.
Niat mulia atas kehadiran rubrik ‘Agama’ sebagai wadah untuk diskusi agama, malahan menjadi ajang ‘peperangan’.
Hal ini terjadi disebabkan hadirnya orang-orang yang justru memanas-manasi suasana. Saling mengkafirkan terjadi.
Suasana ini bisa timbul, karena ketiada-hadiran netter yang menjadi penengah untuk memadamkan pertikaian.
Ketika terjadi ‘peperangan’ di dunia maya antara dua kelompok. Bersikap diam dan netral memang pilihan yang baik.
Namun alangkah baiknya bila dapat menjadi pengontrol agar suasana tetap terjaga dalam diskusi yang sehat.
8. Hormati Privasi Orang Lain
Tidak sedikit blogger atau netter yang merahasiakan identitas aslinya. Karena merasa lebih nyaman dan hal-hal yang sangat pribadi. Selama yang bersangkutan berperilaku baik dan menulis hal-hal yang bermanfaat. Apa salahnya?
Sebuah pilihan menurut saya patut untuk kita hargai. Tidak perlu kita memaksa seseorang untuk menggunakan nama dan gambar profil asli atau menjelaskan keberadaannya. Berhubungan dengan privasi seseorang, bagi kita yang lebih mahir dalam teknologi, kadang timbul keisengan untuk membongkar file-file seseorang yang bersifat rahasia. Kita tidak menyadari akibat keisengan kita, sehingga menyebabkan privasi orang lain terganggu.
9. Jangan Menyalahgunakan Kekuasaan
Sikap mentang-mentang bukan hanya ada di dunia nyaga, di dunia maya pun ada. Seseorang yang menguasai teknologi informasi. Bisa saja dengan kepintarannya ia menyalahgunakan kemampuannya. Selain untuk menunjukkan kehebatannya, bisa jadi hanya sekadar iseng. Inilah sikap mentang-mentang yang bukan hanya merugikan orang lain. Tapi termasuk dirinya. Sebagai netter yang bertanggung jawab, tentu merasa berkuasa di dunia maya jangan sampai terjadi.
10. Maafkanlah Jika Orang Lain Berbuat Kesalahan
Jangan pernah berpikiran standar diri kita sama dengan orang lain. Kita yang termasuk sudah lama menghuni di dunia maya, sedikit banyak sudah tahu etika berinternet.
Tetapi kita juga harus tahu, setiap waktu pasti ada saja yang menjadi penghuni baru. Masih terbata-bata dalam berinternet atau gagap teknologi.
Menemukan atau kebetulan berinteraksi dengan mereka yang baru menjadi penghuni baru seharusnya kita memaklumi. Maafkan saja. Apa susahnya?
Yang lebih penting lagi adalah dengan ilmu dan pengalaman yang kita miliki, ada kewajiban untuk membimbing mereka agar tidak terssat.
Demikian sepuluh etika berinternet yang dapat saya tuliskan kembali sesuai pemahaman saya dari buku ‘Citizen Journalism’ karya Pepih Nugraha yang diterbitkan Penerbit Kompas.

Katedrarajawen

Tidak ada komentar:

.

.
.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...