. Bisakah Sekolah Menciptakan Manusia Menjadi Kreatif?

Bisakah Sekolah Menciptakan Manusia Menjadi Kreatif?

creative


Jika diminta membayangkan contoh manusia kreatif, siapa yang ada dalam bayangan anda? Newton dengan tragedi buah apelnya? Einstein dengan popularitas relativitasnya? Archimedes dengan teriakan Eureka tanpa busananya? Anak-anak SMK dengan berbagai produknya? Atau  barisan pemuda yang kemarin meramaikan pemilukada DKI? Terserah siapa dan yang mana yang akan kita sebut dan kita golongkan sebagai manusia kreatif.


Kreativitas adalah seni penemuan. Kemampuan seseorang untuk menciptakan hal-hal yang baru bagi dunia berdasar pada inovasi. Kreativitas adalah seni keberanian. Kemampuan seseorang untuk melihat secara berbeda dari kebanyakan orang. Menyimpulkan secara tidak biasa. Keluar dari keumuman. Siapa yang bakal menyangka bak mandi penuh air adalah tempat munculnya hukum Archimedes?
Seorang penulis pernah menyebut karakteristik manusia kreatif sebagaimana berikut;
  1. Tidak biasa. Manusia kreatif tidak terikat dengan kebiasaan dan norma keumuman yang berlaku. Mereka hanya percaya pada apa yang mereka yakini benar. Lihat saja betapa beraninya Galileo mengeluarkan pendapat bahwa bumi mengitari matahari. Satu pendapat yang menabrak kepercayaan kala itu.
  2. Individualistik. Manusia kreatif tidak mempercayai sesuatu yang bersifat takhayul. Mereka akan selalu berusaha mencari kebenaran dengan cara mereka sendiri.
  3. Inventif. Manusia kreatif penuh dengan daya cipta dalam balutan inovasi-inovasi. Mereka selalu berusaha mencari apa yang hilang didunia dan apa yang bisa dilakukan untuk kehidupan yang lebih baik.
  4. Terdorong. Manusia kreatif memiliki dorongan visi yang kuat dan memiliki keinginan untuk mengubah visi tersebut menjadi penemuan yang luar biasa melalui sebuah tindakan.
  5. Visioner. Manusia kreatif adalah manusia yang visioner. Visi mereka terletak pada hati dan jiwa mereka. Prioriotas utama hidup mereka adalah untuk mengejar visi itu.
  6. Intuitif. Manusia kreatif sangat intuitif. Pekerjaan yang mereka lakukan berasal dari jiwa mereka. Mereka mendengarkan jiwa mereka dan menjadikannya sebagai pembimbing dalam kehidupan mereka.
Nah..pertanyaannya sekarang, apakah lembaga sekolah kita bisa menciptakan manusia-manusia kreatif?
Oke, kita mulai pertanyaan ini dengan pertanyaan yang lain lagi, kenapa tanggungjawab ini diberikan kepada lembaga sekolah?

Jawabannya, mayoritas anak-anak kita menghabiskan masa-masa kecilnya di sekolah, mulai dari setingkat PAUD sampai dengan SMA atau bahkan bangku kuliah. Artinya, lembaga sekolah inilah yang sedikit banyak akan membentuk pemikiran mereka untuk mengarungi kehidupan yang lebih jauh lagi, yaitu terjun dalam kehidupan yang lebih nyata, dalam profesi apapun nantinya.
Kembali lagi ke pertanyaan semula, bisakah sekolah menciptakan manusia-manusia kreatif? Jawabnya, harus mampu. Setidaknya menjadi inisiator kemunculan manusia-manusia kreatif Indonesia. harapan kea rah itu sudah mulai terlihat. Kita telah menyaksikan kemunculan-kemunculan berbagai karya luar biasa dari anak-anak sekolah kita. Inovasi-inovasi spektakular hal pemikiran-pemikiran brilian. Tak perlu jauh-jauh melihat ke bangku kuliah. Siswa-siswa setingkat SMK pun sudah mampu menciptakannya.
creative
Pada dasarnya menjadi inisiator kemunculan manusia kreatif tidaklah begitu sulit. Lembaga sekolah kita cukup menghilangkan kekakuan proses pembelajaran dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengeksplorasi semua potensi mereka. Keragaman potensi ini adalah modal pertama yang harus dijaga dan dikembangkan. 

Selanjutnya, menjadi fasilitator dan apresiator. Lembaga sekolah harus mampu memfasilitasi ide-ide siswa, baik yang biasa, tidak biasa, unik, aneh, atau yang wajar saja. Semua harus terfasilitasi secara seimbang dan adil bukan malah dengan membunuh yang satu dan  menghidupkan yang satunya lagi. Lalu, memberikan apresiasi terhadap semua hal yang telah dilakukan siswa. Apresiasi ini menjadi sangat penting karena bisa menjadi pemicu semangat untuk kemunculan-kemunculan ide-ide baru lainnya. Kekurangan disana-sini adalah satu kewajaran yang tak perlu untuk dicemooh atau dihujat. Tak ada sesuatu yang langsung sempurna pada fase pertama. Evaluasi berupa kritik dan saran memang patut diberikan sebagai wujud apresiasi. Hanya, perlu disampaikan dengan cara-cara yang tepat sehingga tidak menekan dan malah membunuh kreativitas itu sendiri.

Masalahnya, seberapa banyak lembaga sekolah kita yang mampu menghilangkan kekakuan dalam proses pembelajaran? Menjadi fasilitator and apresiator?

Jika tidak banyak, maka bisa jadi hanya siswa dari sekolah yang itu-itu saja yang akan kita saksikan kreativitasnya. Sementara, siswa dari lembaga lain masih terpendam dalam lubang kekakuan.

Tentunya di masa-masa yang akan datang kita berharap semakin banyak manusia kreatif yang muncul dari lembaga-lembaga sekolah kita, yang tidak hanya mampu mencipta produk berupa barang, namun juga ide-ide spektakuler, sehingga semakin bertaburanlah pemikir-pemikir brilian dan problem-solver handal di negara tercinta ini. Pastinya, kita tidak ingin melihat lembaga-lembaga sekolah kita hanya menciptakan manusia yang “kreatif” dalam mencontek, tawuran, atau membullying sesama temannya. Semoga.

1 komentar:

Pulau Tidung mengatakan...

Sekolah sekarang sangat sulit menciptakan Manusia kreatif, sungguh memalukan.

.

.
.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...