Gerakan
untuk melengserkan Ibu Risma itu dipelopori oleh Wisnu Sakti Buana yang
juga adalah Ketua DPC PDIP Surabaya, dia mengajak Ketua DPC Partai
Demokrat Surabaya Wisnu Wardhana untuk bersekutu bersama fraksi-fraksi
lainnya di DPRD untuk menjatuhkan Ibu Risma. Mungkin karena tidak bisa
menemukan kesalahan Ibu Risma, maka kebijakan menaikkan pajak reklame
itulah yang dijadikan alasan.
Mula-mula
PDIP Pusat di Jakarta hanya berdiam diri dengan manuver politik tak
masuk akal dari Wisnu Sakti Buana itu, mungkin diam-diam mereka malah
setuju. Sebabnya, ketika Ibu Risma sudah menjadi wali kota, dan hendak
melakukan mutasi besar-besaran di Pemkot Surabaya pada akhir 2010, Ibu
Risma menolak nama-nama yang dititipkan oleh PDIP lewat perantara Wisnu
untuk dipromosikan di jajaran Pemkot Surabaya. Sesuai dengan komitmennya
sejak awal, Ibu Risma menolak dipengaruhi, menolak dikendalikan oleh
siapapun, termasuk PDIP, parpol pengusungnya. Pokoknya tidak ada
kompromi, tidak ada itu yang namanya balas jasa, kompensasi, dan
lain-lain sejenisnya. Pengabdiannya hanya kepada warga Surabaya.
Tetapi,
karena ternyata Ibu Risma mendapat dukungan kuat dari media massa dan
warga Surabaya, DPP PDIP akhirnya mengirim surat kepada Wisnu untuk
menghentikan upaya pelengseran itu. Awalnya Wisnu yang mungkin masih
menyimpan dendamnya kepada Ibu Risma masih bersikeras untuk terus
mendesak pelengseran Ibu Risma, tetapi setelah keluar ultimatum
pembekuan DPC Surabaya jika Wisnu masih membandel, barulah dia berhenti
dengan upayanya itu.
Bayangkan
saja, sekarang ini, orang yang bernama Wisnu Sakti Buana inilah yang
dipilih DPRD sebagai wakil wali kota Surabaya untuk mendampingi Ibu
Risma. Logikanya di mana?
(Daniel HT. Kompasiana.com)
(Daniel HT. Kompasiana.com)
Fakta tuduhan-tuduhan terhadap ibu Risma:
Risma Pembohong
Risma Pandai Sandiwara
Anggota DPRD Surabaya Baktiono, menuding jika Walikota Surabaya Tri Rismaharini, pandai bermain sandiwara. Pada saat pelantikan Wawali Wisnu Sakti, Sekota Hendro Gunawan, bilang Risma sakit tenggorokan. Tapi kemarin (4/2) kepada wartawan, teman Don Rozano itu mengaku sakit lambung. Moment menarik, ketika bertemu wartawan, Risma, berpura-pura sakit.
Risma Boneka Kapitalis!
Anggran Monorel Rp 50 Triliun, Sebaiknya untuk Kesejahteraan Warga Surabaya Jangan Hanya Untungkan Bos Properti
Langkah Pemkot Surabaya yang akan membangun monorel (light rail transfer) dan trem senilai Rp 50 triliun dinilai bentuk ketidakpekaan Walikota Surabaya Tri Rismaharini. Bahkan, Risma dicap boneka kapitalis, lantaran proyek tersebut hanya menguntungkan kelompok pengusaha properti. Padahal, pemerintah pusat telah menyodorkan tol Aloha-Waru-Wonokromo-Perak untuk mengatasi kemacetan kota Surabaya, yang hanya membutuhkan dana Rp 4,2 triliun. Di lain pihak, warga Surabaya masih banyak yang kesulitan ekonomi. Karena itu, anggaran monorel itu lebih dialokasikan untuk program kesejahteraan rakyat.
Artikel terkait:
SOSOK TEGAS BU RISMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar adalah proyeksi pemahaman. Orang paham pasti bisa komentar