DAFTAR ISI AZHAR MIND

Sudut Pandang

Seorang pria sedang berjalan sepanjang pantai Ancol dan tersandung oleh sebuah lentera tua. Ia memungutnya, menggosoknya, dan keluarlah seorang jin. Jin pria yang tidak terlalu tampan yang menggunakan baju adat jawa ini berkata, "Terima kasih karena Anda sudah melepaskan aku dari lentera ini, Tuan yang baik, mintalah padaku apa pun yang dapat Anda bayangkan, dan aku akan mengabulkan keinginan Anda."

Pria ini berpikir sejenak dan akhirnya berkata, "Selama ini aku selalu ingin terbang ke Bali, tetapi aku takut terbang, dan sangat mabuk laut jika naik kapal laut. Dapatkah engkau membangun jalan raya dari rumahku di Jakarta ke Bali?" Jin tersebut menatap tanpa ekspresi lalu berkata, "Uange piro? Hehe maaf bercanda Tuan. Maksudku Itu mustahil! Pikirkanlah soal logistiknya. Bagaimana tiang penopangnya dapat mencapai dasar laut? Pikirkanlah berapa banyak beton dan baja yang akan diperlukan, dan bayangkanlah kemustahilan teknis dalam pembuatannya. Ajukanlah permintaan lain."

Pria tersebut berpikir dan akhirnya menjawab, "Istriku menganggapku tidak peka. Tolonglah aku untuk benar-benar memahami wanita. Mengapa mereka menangis saat bahagia? Mengapa mereka menangis saat marah? Mengapa suasana hati mereka berubah seketika tanpa alasan? Tolonglah aku untuk benar-benar mengerti wanita."

Jin tersebut menatap pria ini dengan tatapan dingin dan berkata, "Anda mau jalan raya ke Bali itu dua atau empat jalur ya?" Ya, tidak mudah memang untuk bisa memahami orang lain. Apakah itu memahami istri, memahami suami, memahami mertua, memahami pacar, memahami pimpinan, memahami staff, memahami pelanggan, memahami siapa pun di luar diri kita. Karena saat kita menilai mereka, tolok ukurnya adalah diri kita sendiri. Sehingga kalau itu yang terjadi, besar kemungkinan kita tidak menemukan kesusuaian antara kenyataan dengan harapan.

Seperti yang terjadi pada keluarga Elliot, dikeluarganya hanya ada dua laki-laki, yaitu Billy dan ayahnya. Ayah Billy bekerja di tambang batu bara di Irlandia. Rupanya diam-diam Billy memiliki impian menjadi seorang penari. Guru tarinya (seorang perempuan) melihat bahwa Billy memiliki bakat. Ia mengatakan pada Billy bahwa kalau ia bekerja keras, ia pasti bisa menjadi penari terkenal. Tapi ternyata ayah Billy marah besar. Menurutnya, dunia tari adalah dunia perempuan! Ia tidak mengijinkan putranya menjadi bagian dari dunia ini dan lebih baik ia belajar tinju! Billy harus memiliki tekad baja untuk menunjukan pada keluarganya bahwa dunia tari juga bisa menjadi dunia laki-laki. Itulah kisah Billy Elliot yang diangkat menjadi sebuah film dengan judul yang sama dengan namanya, Billy Elliot.
Persolan ketidaksesuaian pemahaman tentu tidak hanya terjadi pada Billy dan ayahnya saja. Hal seperti ini sering terjadi disekitar kita juga. Seperti seorang pimpinan yang kesulitan mengendalikan timnya hanya karena tidak memahami keinginan mereka. Atau pelaksana yang merasa pimpinanya tidak peka akan perasaan mereka dan menilai bosnya adalah orang yang otoriter dan semena-mena. Sebetulnya persoalan ini sederhana, kalau saja masing-masing pihak mau rendah hati dan menempatkan orang lain lebih istimewa dibandingkan dengan dirinya. Namun ini menjadi tidak sederhana karena kita semua memiliki ego yang selalu menuntut untuk diperhatikan daripada memperhatikan, dipahami daripada memahami. Itu artinya, selama pikiran kita tidak mau berempati dengan menempatkan diri kita di posisi orang lain, selama itu pula tujuan mulia yang menjadi kepentingan bersama tidak akan pernah tercapai.
Pernahkah Anda memperhatikan orang yang sedang memancing ikan? Ya, supaya mendapat tangkapan ikan mereka menggunakan umpan yang disuka oleh ikan, bukan memasang umpan yang disuka oleh si pemancing. Jadi kalau pemancing saja bisa mengetahui keinginan ikan lalu memberi umpan yang sesuai dengan kegemarannya, harusnya dengan sedikit usaha kita juga bisa menjadi “pemancing” yang hebat hanya dengan menggunakan sudut pandang yang tepat.

Sigit Risat
Motivator and Career Coach JobsDB.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar adalah proyeksi pemahaman. Orang paham pasti bisa komentar