. Bendungan Jatigede Diresmikan

Bendungan Jatigede Diresmikan

Gubernur Jabar Ahmad Heryawan bersama Menteri PU Basuki Hadimuljono di Waduk Jatigede, Sumedang, Jawa Barat. (Faizal Fanani/Liputan6.com)Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) M Basuki Hadimuldjono bersama Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.meresmikan Pengisian Awal (initial impounding) Waduk Jatigede, di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (31/8/2015).

Waduk Jatigede dibangun dengan membendung aliran Sungai Cimanuk di wilayah Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan sebelumnya  mengungkapkan, Bendungan Jatigede akan mengatasi masalah banjir di Cirebon dan Indramayu.
http://fokusjabar.com/wp-content/uploads/2015/07/HWdigrH2D5.jpg
Proyek Waduk Jatigede telah dirintis sejak era Sukarno tersebut punya persoalan yang kompleks selain mengakibatkan enam belas ribu warga Kabupaten Sumedang yang terdampak, bencana ekologi yang menyebabkan hilangnya sekitar 1 juta lahan hijau produktif, ancaman pengangguran massif, puluhan situs kebudayaan Sunda sejak era abad ke-8 hingga Kerajaan Pajajaran terancam tenggelam.

Pembangunan waduk ini telah direncanakan sejak zaman Hindia Belanda. Kala itu, Pemerintah Hindia Belanda merencanakan pembangunan tiga waduk di sepanjang aliran Sungai Cimanuk, dan waduk Jatigede merupakan waduk utama dan yang paling besar. Namun, pembangunan ketiga waduk itu mendapatkan tentangan dari masyarakat sekitar, sehingga pembangunannya pun dibatalkan. Baru pada tahun 1990-an, rencana pembangunan waduk Jatigede kembali menghangat. Langkah pertama yang dilakukan oleh pemerintah adalah merelokasi masyarakat yang tinggal di wilayah calon genangan. Relokasi pertama dilakukan pada tahun 1982.

Tujuan pembangunan bendungan Jatigede diutamakan untuk meningkatkan produksi padi dengan memanfaatkan semaksimum mungkin jaringan irigasi yang telah ada (sistem jaringan irigasi rentang). Irigasi merupakan primary benefit sehingga perhitungan volume waduk didasarkan kepada kebutuhan air irigasi. Tenaga listrik merupakan secondary benefit sehingga pelepasan debit air dari waduk didasarkan pada kebutuhan air untuk irigasi. Gagasan pembangunan bendungan Jatigede sebenarnya sudah diajukan pertama kali pada tahun 1963. Detail desain bendungan disiapkan 23 tahun kemudian yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan beberapa study dan detail design.
Pada tahun 2004 direview kembali hingga akhirnya saat ini pembangunan fisik sudah dilaksanakan. Naik turunnya kepastian dana pembangunan dan berlarut-larutnya pembebasan lahan membuat proyek ini terhitung menghabiskan waktu yang sangat lama padahal manfaatnya cukup besar dan menguntungkan.

Hingga akhir Tahun Anggaran 2011, progres fisik konstruksi Bendungan Jatigede mencapai 82.76% mengacu pada nilai kontrak awal sebesar 411.6 juta USD dan tentu meningkat dari tahun ke tahun.
Bendungan memiliki tinggi 110 meter dan kapasitas tampung sampai dengan 980 juta m3. Lahan yang dibutuhkan seluas 4891.13 ha yang meliputi lima kecamatan atau 26 desa. Bendungan Jatigede direncanakan memiliki fungsi untuk mengairi areal irigasi seluas 90.000 Ha, menyediakan air bersih bagi Kabupaten Cirebon, Indramayu dan kawasan sekitarnya dengan kapasitas 3.500 liter/detik, mengendalikan banjir untuk luasan 14.000 Ha, serta menyuplai air untuk PLTA yang mampu menghasilkan listrik sebesar 690 GWH per tahun dengan kapasitas terpasang 110 MW.  

Bendungan Jatigede memiliki panjang sekitar 1.8 km dengan daerah tapak proyek secara umum mempunyai struktur geologi tektonik yang intensif dan kompleks. Adanya struktur yang kompleks ini menyebabkan daerah tapak proyek menjadi rawan terhadap gerakan tanah atau longsoran. Oleh karena itu, struktur bendungan yang dipilih adalah jenis rockfill dam dimana infrastruktur yang disusun oleh batu-batuan kuat namun cukup fleksibel untuk menghadapi erosi dan sedimentasi tanah mengingat laju erosi & sedimentasi di daerah aliran sungai (DAS) Hulu Waduk Jatigede termasuk tinggi.  Herman sebagai salah satu supervision consultant proyek tersebut memperkirakan mengatakan bahwa bendungan Jatigede memiliki desain yang cukup kuat untuk 50 tahun ke depan. 

Komposisi struktur materi fisik bendunga ini ada lima bagian bangunan utama dalam proyek bendungan Jatigede yang multipurpose ini, diantaranya main dam, terowongan pengelak atau diversion tunnel, bangunan pelimpah atau spillway, intake irigasi, dan power water way yang menghubungkan aliran air menuju turbin pengubah energi air menjadi energi gerak untuk kemudian ditransformasikan  menjadi energi listrik. 

Sistem Irigasi Rentang sendiri memiliki luas 90000 Ha yang sepenuhnya mengandalkan pasokan air dari Sungai Cimanuk (river runoff) sehingga pada musim kemarau selalu mengalami defisit air irigasi yang mengakibatkan kekeringan. Hal ini juga menyebabkan krisis ketersediaan air baku untuk keperluan domestik, perkotaan, dan industri di wilayah hilir Sungai Cimanuk yaitu di sepanjang Pantura CIAYU. Oleh karena itu, pembangunan waduk Jatigede perlu segera direalisasikan untuk mengatasi krisis air tersebut, baik untuk menjamin ketersediaan air Irigasi Rentang dan wilayah Pantura CIAYU. 

Tidak ada komentar:

.

.
.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...