. Konflik Yaman Perseteruan Syiah-Sunni

Konflik Yaman Perseteruan Syiah-Sunni

Saat ini di Yaman tengah terjadi perebutan kekuasaan antara kubu Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi dan kelompok pemberontak Syiah Houthi. Setelah berhasil menguasai ibukota Sanaa, pemberontak Houthi mendeklarasikan pemerintahan baru pada Februari lalu untuk menggantikan pemerintahan Presiden Hadi. Presiden Hadi meminta bantuan Koalisi pimpinan Arab Saudi untuk menyerang kelompok Houti Yaman dinamakan Operasi Decisive Storm (Badai Ketegasan) maka permasalahan jadi meluas karena keterlibatan pihak luar Yaman, akan lebih berbahaya lagi kalau dimasuki pihak luar Arab yang berdampak perdamaian dunia dan imbasnya ke Indonesia. 
Houthi merupakan kelompok minoritas Syiah dan deklarasi mereka tak diakui oleh kelompok Sunni dan para pemimpin di wilayah selatan. 

Hadi sendiri telah menyerukan agar para pemberontak menarik anggotanya dari Sanaa, namun Houthi malah menyerukan mobilisasi untuk melawan pasukan presiden. Saat ini, Houthi bahkan terus menguasai wilayah-wilayah lain di Yaman.

Koalisi pimpinan Arab Saudi dalam serangan terhadap kelompok Houti Yaman dinamakan Operasi Decisive Storm (Badai Ketegasan) bertujuan mengamankan Yaman dan kawasan Teluk secara keseluruhan. Operasi tersebut bertujuan mendukung legitimasi pemerintah Yaman di mana Houthi berusaha menggoyahkan keamanan menggunakan senjata yang telah memperburuk situasi di Yaman. Operasi udara pimpinan Arab Saudi di Yaman tampaknya jadi ajang unjuk kekuatan angkatan bersenjata Arab Saudi dan kemampuannya untuk memukul mundur setiap bahaya yang mengancam Kerajaan.

Negara Yaman telah hancur oleh perang dan korupsi, ditambah kekacauan akibat aksi kelompok milisi Houthi bersenjata yang menolak untuk bernegosiasi. Pasukan Houthi yang telah menguasai 70 persen wilayah Yaman, mendapat bantuan dan pelatihan dari Teheran, Iran. Kondisi ini bisa menjadi ancaman serius bagi keamanan negara-negara Arab dari tindakan ekspansionis Iran di wilayah tersebut.
Ketua Klub Sastra Taif, Atallah Al-Jiaid mengatakan, Operasi Decisive Storm adalah keputusan yang bijaksana yang berasal dari orang bijak yang benar-benar membaca situasi.
Masyarakat internasional merespon cepat atas keberhasilan operasi pimpinan Arab Saudi tersebut dan belakangan banyaknya negara yang ingin bergabung. Sedangkan respon pimpinan Hizbullah Lebanon Hassan Nasrallah mengkritisi kampanye militer pimpinan Arab Saudi dengan mengatakan: “Jika tujuannya adalah untuk menyelamatkan rakyat Yaman, mengapa Anda meninggalkan rakyat Palestina selama puluhan tahun? Mengapa Anda mengkhianati mereka? Jika tujuannya adalah untuk mengembalikan legitimasi di Yaman, kenapa Anda tidak mencari itu untuk Palestina?”

Demikian  kata Nasrallah untuk Raja Arab Saudi beberapa hari yang lalu dalam pidato yang disiarkan oleh televisi nasional Lebanon.
Nasrallah menyerukan agar kelompok bersenjata Houthi dan pemerintah Yaman kembali ke dialog dan inisiatif politik. Nasrallah memperingatkan, setiap invasi darat akan berakhir dengan kegagalan.
Langkah militer terhadap milisi Houthi berpotensi memicu kemarahan dari rival Arab Saudi, yaitu Iran, sekutu utama Hizbullah Lebanon. Para pejabat di Teheran memperingatkan, aksi militer itu gancaman keamanan yang dapat menyebar ke negara-negara lain.
Sebelum serangan militer diambil Arab Saudi dan sekutunya sudah mencoba jalan damai, meminta Houthi mengembalikan kekuasaan kepada Presiden Hadi yang terguling. Namun upaya-upaya jalan damai itu selalu gagal di mana Houthi tampaknya lebih memilih jalan kekerasan untuk menyelesaikan krisis di negeri produksi minyak itu. Sementara Presiden Yaman Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi juga bersikukuh tidak akan pernah mau melakukan negosiasi dengan pemeberontak Houthi. Hadi kembali menegaskan jika serangan ingin berhenti, maka Houthi harus menyerah dan meletakan senjata.

Aksi militer ini berdampak pada naiknya harga minyak mentah dunia pada perdagangan Kamis. Bila berkelanjutan, aksi ini akan mengganggu suplai minyak dari kapal mengingat pengiriman minyak harus melalui perairan Yaman sebelum mencapai Terusan Suez terus ke Eropa atau sebaliknya.
Solusi yang terbaik adalah kebua belah pihak harus mampu menahan diri, mengembangkan peluang damai, duduk se meja perundiagan dibawah panji Islam. Hal yang paling membahayakan adalah campur tangan pihak luar Arab penyelesaiannya akan semakin rumit.

Di sisi lain, Arab Saudi dan Yaman adalah partner bangsa Arab yang keduanya memiliki kedekatan dengan Amerika Serikat. Selama Yaman memerangi Al Houthi, AS diduga kuat terlibat membantu, dengan bukti jet-jet tempur yang lalu lalang adalah milik AS. Menguatnya bantuan Amerika Serikat ke Yaman tersebut menarik perhatian Al Qaeda, karena Al Qaeda selalu mengincar AS. Jihadis Al Qaeda segera berdatangan ke Yaman Selatan, menyebabkan Yaman Selatan yang dulu dipengaruhi komunis, kini menjadi basis kelompok Salafi Jihadi Al Qaeda

Di era sekarang ini, apapun konflik yang terjadi di suatu negara apalagi di negara-negara yang masuk 'world hot spot' seperti negara-negara di Timur Tengah, maka selalu berdampak sangat banyak (multi dampak). Dampak pertama adalah konflik Yaman juga menjadi ajang 'proxy war' bagi Amerika Serikat dengan tujuan untuk menyeleksi dan menilai sebenarnya negara-negara mana saja yang menjadi 'sahabat sejati' mereka. 

Termasuk secara tidak langsung AS ingin mengetahui apa efek dari Arab Spring untuk kepentingan nasional mereka (terutama energi di masa depan).
Di manapun ada konflik di belahan dunia ini yang ada keterlibatan AS, malah tidak dapat dihentikan dan semakin mencekam, karena di mana ada AS maka di situ akan ada kelompok teroris global, Al Qaeda.

Dampak kedua adalah menaiknya harga minyak mentah dunia, terutama dengan adanya kekhawatiran konflik Yaman akan mempengaruhi arus distribusi atau pengiriman minyak mentah dari kawasan Timur Tengah ke berbagai negara. Naiknya harga minyak mentah dunia juga akan menyebabkan dinaikkannya harga BBM di Indonesia pada April 2015 mendatang. 

Bahkan kenaikan harga BBM tersebut juga akan dipengaruhi melemahnya nilai tukar dollar AS pasca dikeluarkannya kebijakan The Fed, serta masih terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Kenaikan harga minyak mentah dunia akan semakin menggila jika konflik Yaman menyeret dua negara episentrum di kawasan ini yang berbeda sekte antara Arab Saudi (Sunni) dengan Iran (Syiah) bertarung secara "head to head".

Dampak ketiga sebagai "side effect" atau "multiplier effect" dari konflik Yaman yang patut dicermati dan diantisipasi di Indonesia adalah akan banyaknya orang-orang Indonesia yang akan "berjihad" tidak hanya ke Suriah, namun juga ke Yaman. Di samping itu, dikhawatirkan imbas konflik sektarian di Yaman juga terjadi di Indonesia, mengingat resistensi kelompok Sunni dan Salafi di Indonesia terhadap kelompok Syiah yang dicurigai mereka semakin membesar dan membahayakan sudah semakin menguat, termasuk di Indonesia ada beberapa kelompok yang dinilai 'beraliran sesat', juga berpotensi menimbulkan konflik sektarian di Indonesia. 


Tidak ada komentar:

.

.
.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...