Prof. Sutiman |
Saat ini dunia dikejutkan dengan serangan virus ebola yang sudah
menewaskan 1.350 orang. Namun Indonesia dinilai tak perlu panik, karena
memiliki banyak tanaman tembakau yang diperkirakan bisa menjadi obat
untuk virus ebola.
Guru Besar Biocell Universitas Brawijaya (Unibraw) Profesor Sutiman menjelaskan, selain memiliki manfaat dari sisi bisnis, tembakau juga bisa dipergunakan untuk membuat vaksin yang mampu mencegah penularan virus ebola. Dia bahkan menyatakan dengan modal pengetahuan yang cukup, akan mudah mengubah racun menjadi obat.
Indikasi orang terserang virus ebola adalah badan terasa panas selama dua hari hingga tiga pekan, tenggorokan sakit, otot pegal-pegal, kepala pening, muntah-muntah dan diare. Setelah itu akan terjadi penurunan fungsi hati dan ginjal dan darah keluar dari pori-pori kulit.
"Namun penyakit ini bisa dicegah menggunakan vaksin dari tembakau,’’ ujar Sutiman yang juga pendiri "Rumah Sehat dengan Terapi Rokok" di Jakarta, Senin (25/8).
Lebih lanjut dia menjelaskan, di dalam tanaman tembakau terdapat tobacco mozaic virus yang bisa disisipi gen antibodi untuk antiebola. Dengan demikian, katanya, tanaman tembakau bisa memproduksi vaksin antiebola.
Selain untuk pencegahan ebola, tembakau dinilai memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, seperti untuk mengobati sakit perut dengan memasukkan asapnya melalui dubur.
"Itu memang mengagetkan banyak orang. Tapi bagi orang yang tahu tidak merasa kaget lagi, sebab tembakau memang memiliki banyak manfaat," imbuhnya.
Oleh karenanya dia sangat menyayangkan bila pemerintah mengartikan world tobacco day sebagai hari antitembakau, padahal yang benar adalah hari tanpa merokok. Pemerintah dinilai perlu meluruskan hari tanpa tembakau karena tembakau bisa memberikan banyak manfaat bagi kesehatan sejak abad ke-15.
Dia juga menyatakan siap membuat vaksin antivirus ebola apabila Universitas Brawijaya dipercaya pemerintah untuk memproduksinya. Namun dia menilai permasalahannya bukan cara membuat vaksin itu, tapi bagaimana mengembangkan dan memasarkannya.
Sutiman mengingatkan semua pihak, terutama pemerintah agar tidak mudah termakan kampanye global yang bisa memusnahkan kekayaan hayati tembakau di Indonesia. Hal ini karena Indonesia memiliki banyak varietas tembakau yang tidak ada di tempat lain seperti tembakau Madura, Jember dan Temanggung.
"Nah itu yang mestinya dipelajari biar tidak rugi dalam jangka panjang sebagaimana yang sudah terjadi pada minyak kelapa. Jadi, kampanye terkait tembakau jangan ngawur, harus mencerdaskan. Sebab, tembakau itu manfaatnya banyak,’’ tandasnya.
Indikasi orang terserang virus ebola adalah badan terasa panas selama dua hari hingga tiga pekan, tenggorokan sakit, otot pegal-pegal, kepala pening, muntah-muntah dan diare. Setelah itu akan terjadi penurunan fungsi hati dan ginjal dan darah keluar dari pori-pori kulit.
"Namun penyakit ini bisa dicegah menggunakan vaksin dari tembakau,’’ ujar Sutiman yang juga pendiri "Rumah Sehat dengan Terapi Rokok" di Jakarta, Senin (25/8).
Lebih lanjut dia menjelaskan, di dalam tanaman tembakau terdapat tobacco mozaic virus yang bisa disisipi gen antibodi untuk antiebola. Dengan demikian, katanya, tanaman tembakau bisa memproduksi vaksin antiebola.
Selain untuk pencegahan ebola, tembakau dinilai memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, seperti untuk mengobati sakit perut dengan memasukkan asapnya melalui dubur.
"Itu memang mengagetkan banyak orang. Tapi bagi orang yang tahu tidak merasa kaget lagi, sebab tembakau memang memiliki banyak manfaat," imbuhnya.
Oleh karenanya dia sangat menyayangkan bila pemerintah mengartikan world tobacco day sebagai hari antitembakau, padahal yang benar adalah hari tanpa merokok. Pemerintah dinilai perlu meluruskan hari tanpa tembakau karena tembakau bisa memberikan banyak manfaat bagi kesehatan sejak abad ke-15.
Dia juga menyatakan siap membuat vaksin antivirus ebola apabila Universitas Brawijaya dipercaya pemerintah untuk memproduksinya. Namun dia menilai permasalahannya bukan cara membuat vaksin itu, tapi bagaimana mengembangkan dan memasarkannya.
Sutiman mengingatkan semua pihak, terutama pemerintah agar tidak mudah termakan kampanye global yang bisa memusnahkan kekayaan hayati tembakau di Indonesia. Hal ini karena Indonesia memiliki banyak varietas tembakau yang tidak ada di tempat lain seperti tembakau Madura, Jember dan Temanggung.
"Nah itu yang mestinya dipelajari biar tidak rugi dalam jangka panjang sebagaimana yang sudah terjadi pada minyak kelapa. Jadi, kampanye terkait tembakau jangan ngawur, harus mencerdaskan. Sebab, tembakau itu manfaatnya banyak,’’ tandasnya.
Penulis: WYU/FAB
Sumber:Investor Daily
Tidak ada komentar:
Posting Komentar