Secara alamiah, anak diasuh dan
dibesarkan dalam suatu keluarga yang memiliki orang tua lengkap sebagai
pengasuh utama yang menyediakan berbagai sarana dan dukungan bagi perkembangan
anak. Kematian orang tua merupakan salah satu kondisi utama yang memungkinkan
anak pada akhirnya ditempatkan di luar keluarga aslinya salah satunya di panti asuhan.
Namun demikian, bentuk pelembagaan dari pengasuhan anak ini tidak terlepas dari resiko terhadap perkembangan anak. Salah satunya yang banyak diangkatkan adalah dari segi kelekatan (attachment) anak dengan pengasuhnya yang menjadi dasar bagi perkembangan psikologis anak selanjutnya.
Selain itu, pengalaman perpisahan
anak dengan pengasuhnya serta tingkat kematangan anak dalam memahami perpisahan dengan pengasuh
utamanya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi anak untuk dapat
beradaptasi dengan penempatannya di panti pengasuhan ini.
Pemisahan anak dari lingkungan asuhnya dapat menimbulkan tekanan akibat perubahan situasi hidup yang bersumber dari:
Pemisahan anak dari lingkungan asuhnya dapat menimbulkan tekanan akibat perubahan situasi hidup yang bersumber dari:
- Pengalaman kehilangan figur dekat
- Situasi baru dan atau tak dikenali
- Tak dapat memperkirakan apa yang akan dihadapi selanjutnya
- Perubahan kebiasaan
- Terpisah dari “secure base”
Reaksi anak
bervariasi darimulai depresi berat pada anak yang memiliki keterikatan yang baik
(secure attachment) dengan pengasuh awal, hingga tak ada reaksi, biasa saja dari
anak yang secara emosi memang telah terabaikan atau memiliki keterikatan yang
lemah.
Hal ini menunjukkan secara jelas, bahwa
pengasuhan di panti, dapat mendatangkan dampak negatif yang malah merugikan perkembangan
anak. Hal ini terkait dengan kekurangmampuan lembaga panti untuk menjadi lingkungan
yang dapat memenuhi kebutuhan dan dukungan bagi anak untuk dapat terkembang optimal.
Di sisi lain, dukungan lingkungan ini menjadi penting bagi anak untuk dapat memenuhi
tugas perkembangannya.
Terdapat kebutuhan dari anak untuk menjadi
bagian dari suatu lingkaran sosial hingga bahkan anak yang sering dipukul atau diperlakukan
salah oleh orang tuanya sekalipun, seringkali akan keberatan bila harus
dipisahkan dari mereka.
Salah satu alasan pentingnya kebutuhan
akan hubungan keluarga ini adalah karena ketergantungan kita (yang berlangsung
lama) kepada keluarga sebelum kita mampu bertahan hidup secara mandiri.
Walaupun kita telah dibekali banyak kemampuan ketika lahir, bayi manusia paling
rentan dibandingkan dengan bayi-bayi spesies lain.
Perkembangan kehidupan masyarakat
yang secara teknologi terus meningkat kompleksitasnya juga membuat ketergantungan
ini menjadi makin panjang.
Pertumbuhan
perkembangan mental anak membutuhkan banyak dukungan social seperti dukungan
emosional dalam menghadapi kejadian atau
pengalaman tak menyenangkan. Dukungan untuk pengalaman yang menyenangkan
seperti dapat nilai bagus, menang pertandingan, dapat teman baru serta rekreasi
bersama. Perlu pula dukungan informasi untuk membantu anak (lebih) memahami
dunianya, situasi-situasi dan pengalaman hidupnya serta ketika seorang anak
kesulitan dalam menyelesaikan
tugas/masalah.
Panti asuhan sebagai suatu lembaga
yang menampung beragam karakteristik anak dengan rentang usia, jenis kelamin
dan latar belakang yang berbeda seringkali mengalami keterbatasan dalam sarana
dan fasilitas. Hal
ini dapat mempengaruhi kemampuan panti asuhan dalam menjamin perkembangan psikososial
anak secara optimal, termasuk penyediaan pengasuh yang dapat memenuhi kebutuhan
psikososial anak dalam hal kesehatan, sosioemosi,dan pendidikan.
Beberapa masalah lain yang dapat
muncul akibat dari ditempatkannya anak dalam lembaga pengasuhan adalah malnutrisi
dan kondisi kesehatan yang buruk, merasa tidak aman, ketergantungan, merasa terpinggirkan,
menghadapi resiko-resiko dari kekerasan dan pelecehan seksual dari pengasuh, kekurangan
sarana pendidikan dan tempat tinggal, termasuk juga arahan dan asuhan yang semestinya
dari pengasuh, kurangnya rasa percaya pada orang lain terkait dengan perasaan tidak
dicintai dan perkawinan dini.
Berbagai resiko dalam pelembagaan
pengasuhan anak ini pada akhirnya dapat berujung pada tidak optimalnya perkembangan
psikososial anak.
Berbagai penelitian telah
menunjukkan dampak yang kurang baik saat anak dirawat dipanti asuhan. Akibat
yang kurang baik dari perawatan di panti asuhan yang bersifat jangka panjang pada
perkembangan kognitif, emosi dan sosial dari seorang anak (Goldfarb, 1945;
Bowlby, 1951; Provence & Lipton, 1962; Spitz 1965).
Beberapa temuan dari penelitian terkini
menunjukkan bahwa panti asuhan sebagai pilihan pengasuhan, tidak dapat memenuhi
kepuasan jangka panjang dibanding dengan bentuk-bentuk pengasuhan lain seperti adopsi
atau orang tua asuh yang memungkinkan hubungan afektif jangka panjang yang
semakin dibutuhkan bagi perkembangan sosial secara normal (David Quinton).
Lebih lanjut, penempatan anak pada
institusi terutama dimasa anak awal, meningkatkan peluang anak untuk berkembang
menuju kerusakan psikiatris dan sebagai orang dewasa yang secara ekonomi tidak
produktif (Frank, Klass, Earls, and Eisenberg).
Berdasarkan kontinum pengasuhan ini,
maka bentuk pengasuhan yang paling tepat dan alamiah, serta memenuhi kebutuhan
anak adalah pengasuhan yang berbasis keluarga. Bahkan dalam kasus pemukulan
anak oleh anggota keluarga kandung, maka pengasuhan oleh anggota keluarga
terdekat mennjadi hal yang lebih disarankan dibandingkan
langsung memasukan anak ke dalam suatu lembaga pengasuhan.
Berikut ini beberapa alternatif yang
dapat dipilih ketika seorang anak terhalang hidup bersama orang tua:
- Pengasuhan oleh anggota keluarganya/kerabat (extended family member)
- Pengasuhan oleh anak yang lebih tua (kakak), (Child Headed Household)
- Keluarga Asuh Spontan / orang tua angkat (spontaneous fostering)
- Bentuk pengasuhan ketika anak secara spontan diasuh oleh keluarga dari lingkungan/komunitas yang sama dari mana anak itu berasal.
- Penempatan anak dalam Keluarga Asuh (Foster Placement)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar