Sebagian
orang setiap paginya meluangkan waktu sejenak dengan satu eksemplar
koran atau suratkabar sesaat sebelum berangkat bekerja. Fenomena ini
terjadi di seluruh penjuru bumi. Membaca suratkabar di pagi hari bak
sebuah rutinitas yang sayang untuk dilewatkan. Namun seiring
perkembangan zaman, akankah suratkabar menghilang?
Meningkatnya teknologi dari
masa ke masa berbanding lurus pula dengan meningkatnya daya pikir serta
kualitas manusia. Seluruh aspek terkena imbas dari teknologi yang
semakin canggih. Tentu ini adalah sebuah kemajuan dan buah dari
peradaban. Tak ayal dunia pers pun dipaksa harus mengikuti arus
perkembangan zaman.
Pentingnya penyaluran informasi terhadap masyarakat demi memenuhi hasrat ingin tahu rakyat membuat dunia pers dan jurnalisme terus berkembang atau mengembangkan diri agar semakin diterima. Mulai dari suratkabar, majalah, radio, televisi dan sekarang muncul jurnalisme dengan media baru bernama internet.
Biasa dikenal dengan jurnalisme daring (dalam jaringan), atau jurnalisme online terkadang juga disebut jurnalisme siber. Yang jelas jurnalisme ini menggunakan media internet sebagai alat dalam menyampaikan misinya. Bukan lagi dengan kertas dan tinta, atau suara-suara dari radio dan visual audio seperti televisi.
Sebagian pengamat memprediksikan adanya jurnalisme siber ini akan mempengaruhi eksistensi suratkabar. Sebab jurnalisme siber atau media online punya banyak kelebihan. Dalam kurun waktu yang tak lama, kelak suratkabar akan kehilangan pelanggan. Ekstremnya lagi para wartawan suratkabar harus meletakkan penanya karena kehilangan pekerjaan.
Kelebihan Media Online
Media online yang memiliki-atau lebih mendahulukan-prinsip kecepatan update dan keringkasan berita punya kelebihan yang tak dimiliki oleh media cetak macam suratkabar. Storage and Retrieval; unlimited space; Multimedia Capability; dan velocity (Wikipedia).
Storage and Retrieval, memungkinkan pembaca membaca ulang berita yang sudah lama melalui indeks berita, tanpa perlu membuat rumah berantakan dengan kertas-kertas bekas yang disimpan.
Unlimited Space artinya dalam mempublikasikan berita media tidak perlu bingung kalau-kalau tidak ada atau tidak muat space. Tidak seperti surat kabar yang memiliki tempat terbatas dalam setiap kali terbit. Hingga sering kali berita harus dipotong karena space yang tidak cukup. Sementara dalam media online, semua berita bisa masuk sebanyak apapun.
Multimedia Capability memungkinkan sebuah media online untuk tak hanya memasukkan tulisan atau foto saja melainkan juga video dan rekaman suara, hingga pemberitaan menjadi semakin menarik untuk dikonsumsi. Media online seperti ini mampu mencakup jenis media lain seperti suratkabar, televisi dan radio.
Terakhir media online mampu memenuhi hasrat pembaca dengan kecepatan publikasi media yang ditawarkan. Melalui media online kejadian atau fenomena yang baru terjadi satu menit yang lalu pun bisa dipublikasikan dengan berita berjalan misalnya. Karena prinsip berita online adalah keringkasan hingga pembaca juga tak mudah jenuh untuk membaca berita.
Berbeda dengan media cetak macam suratkabar, setiap harinya hanya satu kali terbit meskipun diisi dengan banyak berita. Hingga untuk tahu apa kejadian yang terjadi hari ini harus menunggu esok hari. Media online menawarkan kecepatan update hingga masyarakat mampu mengetahui berita secara cepat.
Selain itu, media online dapat dengan mudah dibagikan ke masyarakat lain jika media tersebut dikawinkan dengan berbagai situs jejaring sosial yang juga sedang galak-galaknya. Semacam facebook dan twitter yang kemudian memunculkan sebuah frasa baru lagi, yakni media baru. Tinggal mengklik "share" kita dapat berbagi informasi dengan yang lain.
Mengambil Alih
Pertanyaan pun muncul ketika geliat media online semakin "beringas". Mampukah media online mengambil alih industri media di tanah air? Di satu sisi, penggunaan media online baik dengan media baru atau dengan penggunaan sistem E-paper mampu membawa industri media kearah ramah lingkungan, karena tak perlu memproduksi kertas yang notabene berasal dari kulit kayu. Jadi tak perlu ada proses penebangan pohon.
Media online pun terus bermunculan, karena untuk membentuk sebuah situs tak perlu modal yang besar. Dan mengelolanya juga tergolong mudah bagi orang yang sudah terbiasa dengan teknologi. Suratkabar-suratkabar baik nasional dan lokal pun tak mau ketinggalan. Mereka berbondong-bondong membuat situs dengan nama yang sama. Ada yang hanya membuat media konversi yang isi beritanya sama dengan edisi cetak, ada juga yang berbeda pengelolaan.
Di Medan sendiri media cetak atau suratkabar lokal-baik yang "punya nama" ataupun tidak-kini hampir semua memiliki website, meskipun hanya berbentuk media konversi. yang hanya mengunggah semua berita edisi cetak. Hal ini terjadi juga karena semakin banyak masyarakat yang memiliki komputer jinjing sendiri, tablet atau handphone pintar macam blackberry.
Namun menurut hemat penulis masyarakat kita belumlah ingin atau mampu untuk meninggalkan kebiasaan rutin yang mereka lakukan di pagi hari sambil menyeruput kopi itu. Suratkabar adalah konsumsi seluruh aspek masyarakat. Dari pejabat hingga penarik beca. Setiap suratkabar dengan gaya jurnalisme yang diusungnya juga punya masing-masing pelanggan.
Katakanlah suratkabar yang pangsa pasarnya rakyat kecil seperti supir angkot atau tukang becak, atau sekadar dosen dan guru yang sering baca koran di warung kopi. Hingga beberapa tahun kedepan, masih sulit rasanya membayangkan setiap orang membawa tablet kemana-mana dan membaca e-paper suratkabar melalui internet dari gadget masing-masing.
Penulis sendiri belum tentu rela meninggalkan fenomena "sarapan" suratkabar. Bahkan pejabat sekalipun masih lebih suka membaca koran ketimbang melongok di depan laptop. Belum lagi mempermasalahkan kecepatan update yang mengabaikan prinsip verifikasi dan keberimbangan sebuah berita yang sekarang tengah menjadi pembicaraan.
Butuh waktu yang cukup lama untuk membiasakan diri tanpa suratkabar dan kopi di pagi hari. Saya kira suratkabar akan benar-benar hilang jika semua lini masyarakat memiliki kemampuan ekonomi yang tak jauh berbeda satu sama lain, hingga semua kalangan mampu setidaknya membeli gadget pintar seperti handphone canggih saja.
Harapan saya, suratkabar yang dari dulu sudah menemani hari-hari masyarakat baik yang muda hingga tua, pejabat hingga tukang beca, mahasiswa hingga Rektor, masyarakat dari kalangan menengah ke bawah dan ke atas, tidak serta merta menghilang. Jikalaupun menghilang biarlah menghilang karena semua masyarakat sudah mampu dan sadar akan pentingnya menjaga hutan. Bukan karena tidak ada lagi generasi muda yang ingin membaca suratkabar karena sikap apatis mereka yang semakin menjadi-jadi.***
Pentingnya penyaluran informasi terhadap masyarakat demi memenuhi hasrat ingin tahu rakyat membuat dunia pers dan jurnalisme terus berkembang atau mengembangkan diri agar semakin diterima. Mulai dari suratkabar, majalah, radio, televisi dan sekarang muncul jurnalisme dengan media baru bernama internet.
Biasa dikenal dengan jurnalisme daring (dalam jaringan), atau jurnalisme online terkadang juga disebut jurnalisme siber. Yang jelas jurnalisme ini menggunakan media internet sebagai alat dalam menyampaikan misinya. Bukan lagi dengan kertas dan tinta, atau suara-suara dari radio dan visual audio seperti televisi.
Sebagian pengamat memprediksikan adanya jurnalisme siber ini akan mempengaruhi eksistensi suratkabar. Sebab jurnalisme siber atau media online punya banyak kelebihan. Dalam kurun waktu yang tak lama, kelak suratkabar akan kehilangan pelanggan. Ekstremnya lagi para wartawan suratkabar harus meletakkan penanya karena kehilangan pekerjaan.
Kelebihan Media Online
Media online yang memiliki-atau lebih mendahulukan-prinsip kecepatan update dan keringkasan berita punya kelebihan yang tak dimiliki oleh media cetak macam suratkabar. Storage and Retrieval; unlimited space; Multimedia Capability; dan velocity (Wikipedia).
Storage and Retrieval, memungkinkan pembaca membaca ulang berita yang sudah lama melalui indeks berita, tanpa perlu membuat rumah berantakan dengan kertas-kertas bekas yang disimpan.
Unlimited Space artinya dalam mempublikasikan berita media tidak perlu bingung kalau-kalau tidak ada atau tidak muat space. Tidak seperti surat kabar yang memiliki tempat terbatas dalam setiap kali terbit. Hingga sering kali berita harus dipotong karena space yang tidak cukup. Sementara dalam media online, semua berita bisa masuk sebanyak apapun.
Multimedia Capability memungkinkan sebuah media online untuk tak hanya memasukkan tulisan atau foto saja melainkan juga video dan rekaman suara, hingga pemberitaan menjadi semakin menarik untuk dikonsumsi. Media online seperti ini mampu mencakup jenis media lain seperti suratkabar, televisi dan radio.
Terakhir media online mampu memenuhi hasrat pembaca dengan kecepatan publikasi media yang ditawarkan. Melalui media online kejadian atau fenomena yang baru terjadi satu menit yang lalu pun bisa dipublikasikan dengan berita berjalan misalnya. Karena prinsip berita online adalah keringkasan hingga pembaca juga tak mudah jenuh untuk membaca berita.
Berbeda dengan media cetak macam suratkabar, setiap harinya hanya satu kali terbit meskipun diisi dengan banyak berita. Hingga untuk tahu apa kejadian yang terjadi hari ini harus menunggu esok hari. Media online menawarkan kecepatan update hingga masyarakat mampu mengetahui berita secara cepat.
Selain itu, media online dapat dengan mudah dibagikan ke masyarakat lain jika media tersebut dikawinkan dengan berbagai situs jejaring sosial yang juga sedang galak-galaknya. Semacam facebook dan twitter yang kemudian memunculkan sebuah frasa baru lagi, yakni media baru. Tinggal mengklik "share" kita dapat berbagi informasi dengan yang lain.
Mengambil Alih
Pertanyaan pun muncul ketika geliat media online semakin "beringas". Mampukah media online mengambil alih industri media di tanah air? Di satu sisi, penggunaan media online baik dengan media baru atau dengan penggunaan sistem E-paper mampu membawa industri media kearah ramah lingkungan, karena tak perlu memproduksi kertas yang notabene berasal dari kulit kayu. Jadi tak perlu ada proses penebangan pohon.
Media online pun terus bermunculan, karena untuk membentuk sebuah situs tak perlu modal yang besar. Dan mengelolanya juga tergolong mudah bagi orang yang sudah terbiasa dengan teknologi. Suratkabar-suratkabar baik nasional dan lokal pun tak mau ketinggalan. Mereka berbondong-bondong membuat situs dengan nama yang sama. Ada yang hanya membuat media konversi yang isi beritanya sama dengan edisi cetak, ada juga yang berbeda pengelolaan.
Di Medan sendiri media cetak atau suratkabar lokal-baik yang "punya nama" ataupun tidak-kini hampir semua memiliki website, meskipun hanya berbentuk media konversi. yang hanya mengunggah semua berita edisi cetak. Hal ini terjadi juga karena semakin banyak masyarakat yang memiliki komputer jinjing sendiri, tablet atau handphone pintar macam blackberry.
Namun menurut hemat penulis masyarakat kita belumlah ingin atau mampu untuk meninggalkan kebiasaan rutin yang mereka lakukan di pagi hari sambil menyeruput kopi itu. Suratkabar adalah konsumsi seluruh aspek masyarakat. Dari pejabat hingga penarik beca. Setiap suratkabar dengan gaya jurnalisme yang diusungnya juga punya masing-masing pelanggan.
Katakanlah suratkabar yang pangsa pasarnya rakyat kecil seperti supir angkot atau tukang becak, atau sekadar dosen dan guru yang sering baca koran di warung kopi. Hingga beberapa tahun kedepan, masih sulit rasanya membayangkan setiap orang membawa tablet kemana-mana dan membaca e-paper suratkabar melalui internet dari gadget masing-masing.
Penulis sendiri belum tentu rela meninggalkan fenomena "sarapan" suratkabar. Bahkan pejabat sekalipun masih lebih suka membaca koran ketimbang melongok di depan laptop. Belum lagi mempermasalahkan kecepatan update yang mengabaikan prinsip verifikasi dan keberimbangan sebuah berita yang sekarang tengah menjadi pembicaraan.
Butuh waktu yang cukup lama untuk membiasakan diri tanpa suratkabar dan kopi di pagi hari. Saya kira suratkabar akan benar-benar hilang jika semua lini masyarakat memiliki kemampuan ekonomi yang tak jauh berbeda satu sama lain, hingga semua kalangan mampu setidaknya membeli gadget pintar seperti handphone canggih saja.
Harapan saya, suratkabar yang dari dulu sudah menemani hari-hari masyarakat baik yang muda hingga tua, pejabat hingga tukang beca, mahasiswa hingga Rektor, masyarakat dari kalangan menengah ke bawah dan ke atas, tidak serta merta menghilang. Jikalaupun menghilang biarlah menghilang karena semua masyarakat sudah mampu dan sadar akan pentingnya menjaga hutan. Bukan karena tidak ada lagi generasi muda yang ingin membaca suratkabar karena sikap apatis mereka yang semakin menjadi-jadi.***
Penulis adalah Mahasiswa FKIP UMSU, Pimpinan redaksi UKM LPM Teropong.
4 komentar:
masih jaman kok gan. kan lbih murah xixixi. komen back yaw
mantap gan...
obviоuѕly like youг websіte
howeveг yοu have to check the sρelling
on seveгal of your posts. Many of them aгe rife with spellіng issuеѕ and I in finԁing it vеry botherѕome to tell the truth on the οther hаnd I'll certainly come again again.
Also visit my page :: jeux de velo
Hey there just ωаnteԁ to gіve you a quick heаds up аnd let you
know a feω of the imagеѕ aгen't loading correctly. I'm nоt sure
ωhy but I think its a linking issue. ӏ've tried it in two different web browsers and both show the same results.
Here is my web site :: insurance brokers london
Posting Komentar