illustrasi |
Renegosiasi harga gas Tangguh, Papua ke Fujian berhasil dilakukan.
Kesepakatan untuk melakukan negosiasi ulang terhadap harga gas itu telah
disepakati dan ditandatangani pada 20 Juni 2014 lalu.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengungkapkan pihaknya menggunakan cerita Putri Campa, istri Prabu Brawijaya V, yang merupakan anak angkat dari keturunan Tionghoa sebagai strategi untuk meluluhkan China Offshore Oil Company (CNOOC) dalam proses renegosiasi kontrak gas Tangguh.
Menurutnya, sebelum bertolak ke Beijing, China, Wacik mencapat kabar bila bos besar CNOOC Wang Yilin berkepribadian kaku dan tegas, sehingga ada ketakutan renegosiasi pasti gagal.
“Namun, ketika bertemu dengannya , saya kemudian menceritakan bagaimana kejayaan kerajaan seperti Sriwijaya dan Majapahit yang sangat bersahabat dengan China. Saya lalu ceritakan bagaimana utusan China Putri Campa dan Laksamana Cheng Ho masuk ke Indonesia pada abad 14. Lalu saya bilang, karena Indonesia dan China telah bersahabat sejak lama, lalu seharusnya CNOOC mau merenegosiasi kontrak tersebut,” ujarnya dalam konferensi pers di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Selasa, (1/7/2014).
Setelah cerita-cerita masa lalu tersebut, Wang Yilin akhirnya luluh dan mau merenegosiasi kontrak jual beli gas Tangguh, yakni perubahan formula penghitungan dan adanya penyesuaian harga dengan kenaikan Japan Crude Cocktail (JCC).
Wacik mengungkapkan pihaknya optimistis renegosiasi kontrak dengan CNOOC akan berjalan sukses, mengingat sebelumnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah bertemu dengan Presiden China Xi Ping yang menyatakan kemauannya untuk merenegosiasi kontrak jual beli gas Tangguh.
Setelah melalui proses negosiasi yang alot, akhirnyatim perunding Pemerintah Indonesia berhasil menaikkan harga jual gas Tangguh menjadi US$8 per juta metrik British thermal unit dari sebelumnya US$2,7 per MMBtu setelah pada 2006 dinegosiasi untuk naik menjadi US$3,3 per MMBtu.
Persiapan Negoisasi
Gas Blok Tangguh, Papua, selama ini dijual sangat murah. Hanya US$ 3,5/MMBTU, padahal harga di pasaran US$ 11-13/ MMBTU. Tim khusus pemerintah belum berhasil merenegosiasi kontrak harga.
Seperti diketahui, harga kontrak ekspor gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) ke Fujian, Cina, sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan saat ini. Hanya sebesar US$ 3,5/ MMBTU. Sedangkan harga ekspor gas rata-rata US$ 11-13/MMBTU.
Bahkan jika dijual ke jual ke pembeli domestik, LNG Blok Tangguh masih bisa mendapat harga yang lebih layak, dengan kisaran US$ 10/MMBTU.
Sejak tahun 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebenarnya sudah membentuk tim khusus, yakni “Tim Renegosiasi Perjanjian Penjualan dan Pembelian LNG Tangguh”. Tim ini dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden RI No 10 tahun 2013, tertanggal 13 Mei 2013 lalu.
LNG yang dijual ke Fujian, Cina, berasal dari Blok Tangguh, Papua, yang dikelola perusahaan asal Inggris BP Berau. Perjanjian penjualan ditandatangani pemerintah RI sejak 2009. Pembeli di Fujian adalah Cina National Offshore Oil Corporation (CNOOC). Volume kontrak ekspor LNG sebesar 2,6 juta ton per tahun menggunakan formula batas atas harga minyak sesuai patokan harga minyak Jepang (Japan Cocktail Crude/JCC).
Dalam kontrak ekspor tersebut, terdapat poin yang menegaskan bahwa harga bisa ditinjau kembali setiap lima tahun setelah pengiriman perdana pada 2009. Selain diekspor ke Cina, LNG Tangguh juga diekspor ke Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat.
Seperti diketahui, harga kontrak ekspor gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) ke Fujian, Cina, sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan saat ini. Hanya sebesar US$ 3,5/ MMBTU. Sedangkan harga ekspor gas rata-rata US$ 11-13/MMBTU.
Bahkan jika dijual ke jual ke pembeli domestik, LNG Blok Tangguh masih bisa mendapat harga yang lebih layak, dengan kisaran US$ 10/MMBTU.
Sejak tahun 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebenarnya sudah membentuk tim khusus, yakni “Tim Renegosiasi Perjanjian Penjualan dan Pembelian LNG Tangguh”. Tim ini dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden RI No 10 tahun 2013, tertanggal 13 Mei 2013 lalu.
LNG yang dijual ke Fujian, Cina, berasal dari Blok Tangguh, Papua, yang dikelola perusahaan asal Inggris BP Berau. Perjanjian penjualan ditandatangani pemerintah RI sejak 2009. Pembeli di Fujian adalah Cina National Offshore Oil Corporation (CNOOC). Volume kontrak ekspor LNG sebesar 2,6 juta ton per tahun menggunakan formula batas atas harga minyak sesuai patokan harga minyak Jepang (Japan Cocktail Crude/JCC).
Dalam kontrak ekspor tersebut, terdapat poin yang menegaskan bahwa harga bisa ditinjau kembali setiap lima tahun setelah pengiriman perdana pada 2009. Selain diekspor ke Cina, LNG Tangguh juga diekspor ke Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat.
Rumus Baru Harga Jual Gas Tangguh Papua
Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik menyebutkan, ada dua
keputusan penting yang disepakati dalam renegosiasi tersebut.
"Pertama, kesepakatannya adalah JCC (Japan Crude Cocktail) atau harga acuannya itu tidak dimatikan, jadi terus bergerak. Berapapun harga JCC, faktor dikali JCC. Jadi tidak dipatok seperti dulu," kata Jero di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (1/7/2014).
Keputusan berikutnya adalah kesepakatan tentang rumus penetapan harga yang baru. Dari informasi yang dipaparkan Jero, rumus tersebut berubah setiap tahunnya. Adapun rumus yang disepakati adalah untuk tahun 2014 hingga 2017 dengan rincian sebagai berikut:
"Pertama, kesepakatannya adalah JCC (Japan Crude Cocktail) atau harga acuannya itu tidak dimatikan, jadi terus bergerak. Berapapun harga JCC, faktor dikali JCC. Jadi tidak dipatok seperti dulu," kata Jero di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (1/7/2014).
Keputusan berikutnya adalah kesepakatan tentang rumus penetapan harga yang baru. Dari informasi yang dipaparkan Jero, rumus tersebut berubah setiap tahunnya. Adapun rumus yang disepakati adalah untuk tahun 2014 hingga 2017 dengan rincian sebagai berikut:
- Rumus Tahun 2014 adalah 0,065 x JCC + 1,5
- Rumus Tahun 2015 adalah 0,090 x JCC + 1,3
- Rumus Tahun 2016 adalah 0,105 x JCC + 1,5
- Rumus Tahun 2017 adalah 0,001 x JCC + 2,3
Jero mencontohkan, dengan rumus tersebut, maka bila harga JCC berada
pada harga US$ 100 per barel, maka akan diperoleh harga gas Tangguh
sebesar US$ 8 per mmbtu. Bila harga JCC berada pada angka US$ 110 per
barel, maka akan diperoleh harga gas Tangguh sebesar US$ 8,65 per mmbtu.
"Rumus sekarang (2014) adalah 0,065 x JCC + 1,5. Kalau JCC-nya US$ 100 per barel, maka harga kita menjadi US$ 8 per mmbtu. Kalau harga hari ini menjadi US$ 110 per barel. Nah kalau harganya US$ 110, dengan rumus itu maka harga gas kita adala US$ 8,65 per mmbtu," tutur dia.
Dikatakan Jero, dalam kesepakatan tersebut baru dibahas rumus untuk harga gas Tangguh hingga tahun 2017, dengan demikian menurut Jero masih terbuka peluang untuk kembali melakukan renegosiasi setelah tahun 2017.
Namun demikian, bila setelah tahun 2017 tetap digunakan rumus yang sama, maka akan diperoleh harga rata-rata pertahun adalah sebesar US$ 12,8 per mmbtu hingga akhir kontrak pada tahun 2034.
"Ini kesepakatan yang sudah sah, dan mulai berlaku hari ini 1 juli 2014. Akan berlaku akhir kontrak 2034, 20 tahun dari sekarang. Sebagai kesimpulan, nanti 2018 ada kesempatan untuk renegosiasi lagi, tentu harus dikomandani oleh Menteri ESDM nanti. Tapi, kalau pun kita berasumsi harganya dan rumusnya sama dengan harga yang sesuai sekarang, maka harga rata-rata kita akan jatuh pada US$ 12,8 per mmbtu average sampai 2034. Tapi menurut saya pasti lebih tinggi lagi," pungkas dia.
"Rumus sekarang (2014) adalah 0,065 x JCC + 1,5. Kalau JCC-nya US$ 100 per barel, maka harga kita menjadi US$ 8 per mmbtu. Kalau harga hari ini menjadi US$ 110 per barel. Nah kalau harganya US$ 110, dengan rumus itu maka harga gas kita adala US$ 8,65 per mmbtu," tutur dia.
Dikatakan Jero, dalam kesepakatan tersebut baru dibahas rumus untuk harga gas Tangguh hingga tahun 2017, dengan demikian menurut Jero masih terbuka peluang untuk kembali melakukan renegosiasi setelah tahun 2017.
Namun demikian, bila setelah tahun 2017 tetap digunakan rumus yang sama, maka akan diperoleh harga rata-rata pertahun adalah sebesar US$ 12,8 per mmbtu hingga akhir kontrak pada tahun 2034.
"Ini kesepakatan yang sudah sah, dan mulai berlaku hari ini 1 juli 2014. Akan berlaku akhir kontrak 2034, 20 tahun dari sekarang. Sebagai kesimpulan, nanti 2018 ada kesempatan untuk renegosiasi lagi, tentu harus dikomandani oleh Menteri ESDM nanti. Tapi, kalau pun kita berasumsi harganya dan rumusnya sama dengan harga yang sesuai sekarang, maka harga rata-rata kita akan jatuh pada US$ 12,8 per mmbtu average sampai 2034. Tapi menurut saya pasti lebih tinggi lagi," pungkas dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar adalah proyeksi pemahaman. Orang paham pasti bisa komentar