Pak Jokowi sungkem kepada orang tuanya |
Mudik merupakan suatu kearifan budaya muslim Indonesia yang dilakukan serentak diseluruh tanah air berupa kegiatan seseorang bersama anggota keluarga kembali ke kampung halaman di mana ia dilahirkan untuk bertemu dengan orang tua atau kerabat dengan maksud saling memaafkan di antara mereka atas berbagai kesalahan atau kekhilafan yang terjadi pada hari yang disucikan yaitu Idul Fitri.
Mudik menjadi gerakan massal menjelang akhir Ramadhan yang tidak dijumpai pada masyarakat muslim etnik lainnya. Yaitu kembali ke kampung halaman sebagai ekpresi kerinduan seseorang terhadap sesuatu suasana yang pernah dinikmatinya dahulu dengan segala kenangan sukaria maupun duka yang dijalani. Mudik lebaran menjadi suatu simbol munculnya kesadaran rohani setelah berhari-hari tersandra kehidupan rutinitas kerja penuh dengan keseriusan hingga hampir-hampir melupakan siapakah dirinya, anak siapa, dari kampung mana dan dihadirkan ke dunia untuk apa. Mudik lebaran mengembalikan kesadaran bahwa diri sesorang adalah milik Allah bagian yang tak terpisahkan dari keluarga besarnya yang membentuk jiwanya dalam hamparan kampung halaman penuh dengan interaksi sosial para tetangga.
Kehidupan sosial seseorang tidak bisa keluar dari jaringan nilai dan makna yang mereka rajut sehingga terabadikan ke dalam suatu kultur yang lengkap dengan serangkaian budaya yang berlaku. Mudik menjadi suatu yang sudah inhern dengan kehidupan berbudaya dihampir semua lapisan masyarakat seperti silaturrohmi, sungkeman, pemeliharaan sistem kekerabatan, danpelestarian budaya leluhur.
Mudik lebaran sebagai kegiatan silaturrohmi berpijak dari tuntunan Allah SWT bahwa seharusnya seorang anak berbakti kepada orang ayah dan ibu atas peranan keduanya hingga seseorang lahir, besar, berkembang mencapai keberadaannya sekarang.
“Kami telah berwasiat kepada manusia tentang kedua orang tuanya; Ibunya mengandung dengan segala kesusahan dan perpisahan dalam masa dua tahu; maka hendaknya engkau (manusia) bersyukur kepada –Ku dan berterima kasih kepada kedua orang tua kamu. Kepada-Ku lah tempat kembali”. (QS. Luqman 32:11)
Praktik bakti dan berbuat baiknya seorang anak kepada orang tua dilakukan melalui suatu prosesi sungkeman pada hari yang suci atau idul fitri, di mana sesorang anak mendatangi kedua orang tua yang memang duduk berdampingan di kursi dengan cara membungkukkan badan hingga bersimpuh di lutut sang ayah dan ibu disertai isak tangis sambil memohon maaf atas berbagai kesalahan dan kekhilafan yang pernah dilakukan atau setidaknya kekurangan sempurnaan dalam berbakti pada hari hari lampau.
Sang ayah dan ibu pun dengan senang hati dan ikhlas memaafkan kesalahan anaknya sambil berdoa atau kata-kata tertentu dengan mengusap kepala anaknya. Pada hari raya lebaran idul fitri seperti ini seorang ibu akan lebih bahagia melebihi harta benda atau mendapatkan pemberian makanan lezat dari anaknya.
Pengaruh dan kharisma ungkapan seperti inilah yang isa diduga kuat, antara lain mengilhami serta mendorong seorang anak kampung pulang kembali ditempat kelahiran masing-masing.
Berbahagialahh anak-anak yang masih menemui kedua orang tuanya di kampung, namum bagi yang sudah tiada ziarahilah pusaranya dengan ta’dzim dan do’a kepada Allah Swt atas segala jasa baiknya yang tak pernah menuntut balas jasa. Disamping itu tidak terlupakan para guru dan para ustasz yang mengajari ilmu hingga menjadi anak yang sholeh.dengan akhlak yang terpuji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar adalah proyeksi pemahaman. Orang paham pasti bisa komentar