Zainudin Maidin |
Editorial berjudul "Persamaan BJ Habibie dengan Anwar Ibrahim" di
media Malaysia, Utusan Malaysia, berisi tentang tuduhan bahwa Presiden
Ketiga RI B.J Habibie adalah pengkhianat bangsa. Ternyata editorial tersebut ditulis oleh mantan Menteri Penerangan Malaysia.
Tulisan dari Zainudin Maidin ini, menyoroti kedekatan Habibie dengan Anwar Ibrahim yang mengundangnya untuk berbicara di hadapan mahasiswa Universiti Selangor (Unisel). Menurut Zainudin, Habibie tidak pantas untuk diberikan penghormatan semacam ini karena telah mengkhianati Indonesia.
Ternyata Zainudin adalah mantan pejabat tinggi di Malaysia. Pada era mantan Perdana Menteri Abdullah Badawi, Zainudin menjabat sebagai Menteri Penerangan sejak 14 Februari 2006 hingga 8 Maret 2008.
Sebelum menjabat sebagai menteri penerangan, Zainudin adalah seorang jurnalis senior Malaysia yang sempat mengenyam pendidikan di Jerman dan Amerika Serikat (AS). Karir jurnalistiknya dihabiskan bersama dengan Surat Kabar Utusan Melayu, juga satu perusahaan dengan Utusan Malaysia.
Memulai karirnya pada 1951, Zainudin sempat menjadi perwakilan Utusan Melayu di London, Inggris. Dirinya pun diangkat sebagai Pemimpin Redaksi Utusan Melayu pada 1982.
Pada 1998, Zainudin masuk ke dunia politik dengan menjadi anggota Dewan Negara atau parlemen di Malaysia. Dia mewakili Partai UMNO yang sudah puluhan tahun berkuasa di Negeri Jiran itu dan terpilih kembali pada 2001. Karirnya di Kementerian Penerangan Malaysia diawali sebagai Deputi Menteri Penerangan pada 2002, hingga akhirnya ditunjuk sebagai menteri penerangan pada 2006 hingga 2008.
Selama menjabat sebagai menteri penerangan, Zainudin melahirkan undang-undang anti-hasutan (Sedition Act) dan undang-undang keamanan internal (Internal Security Act/ISA). Dikeluarkan Sedition Act dipenuhi kontroversi, karena undang-undang itu dianggap rasis dan hanya membela satu etnis tertentu.
Usai menjabat sebagai menteri, Zainudin mencoba untuk merebut kursi parlemen mewakili Sungai Petani. Tetapi dirinya dikalahkan oleh Datuk Johari Abdul dari Partai Keadilan Rakyat, yang dipimpin oleh Anwar Ibrahim.
Ada dugaan, bahwa tulisan yang menghina mantan Presiden Habibie itu adalah bentuk serangan juga kepada Anwar Ibrahim, yang selama ini dikenal sebagai oposisi Pemerintah Malaysia. Kebencian Zainudian terhadap Anwar dan Habibie terlihat dari cibirannya mengenai pujian dari Anwar atas keberhasilan Habibie dalam menyelesaikan masalah tenaga kerja Indonesia (TKI).
Zainudin pun menunjukkan persamaan antara Habibie dan Anwar yang dianggap pengkhianat dari pemimpin yang telah membawa mereka pulang dari perantauan. Tidak lupa dirinya juga mengkritik Anwar yang bermaksud untuk menyerahkan Malaysia kepada IMF dan imperialisme baru, sebelum sempat menjadi perdana menteri. Terakhir Zainudin menyebutkan, Habibie dan Anwar tidak lebih dari sebagai "The Dog of Imperialism."
Tulisan dari Zainudin Maidin ini, menyoroti kedekatan Habibie dengan Anwar Ibrahim yang mengundangnya untuk berbicara di hadapan mahasiswa Universiti Selangor (Unisel). Menurut Zainudin, Habibie tidak pantas untuk diberikan penghormatan semacam ini karena telah mengkhianati Indonesia.
Ternyata Zainudin adalah mantan pejabat tinggi di Malaysia. Pada era mantan Perdana Menteri Abdullah Badawi, Zainudin menjabat sebagai Menteri Penerangan sejak 14 Februari 2006 hingga 8 Maret 2008.
Sebelum menjabat sebagai menteri penerangan, Zainudin adalah seorang jurnalis senior Malaysia yang sempat mengenyam pendidikan di Jerman dan Amerika Serikat (AS). Karir jurnalistiknya dihabiskan bersama dengan Surat Kabar Utusan Melayu, juga satu perusahaan dengan Utusan Malaysia.
Memulai karirnya pada 1951, Zainudin sempat menjadi perwakilan Utusan Melayu di London, Inggris. Dirinya pun diangkat sebagai Pemimpin Redaksi Utusan Melayu pada 1982.
Pada 1998, Zainudin masuk ke dunia politik dengan menjadi anggota Dewan Negara atau parlemen di Malaysia. Dia mewakili Partai UMNO yang sudah puluhan tahun berkuasa di Negeri Jiran itu dan terpilih kembali pada 2001. Karirnya di Kementerian Penerangan Malaysia diawali sebagai Deputi Menteri Penerangan pada 2002, hingga akhirnya ditunjuk sebagai menteri penerangan pada 2006 hingga 2008.
Selama menjabat sebagai menteri penerangan, Zainudin melahirkan undang-undang anti-hasutan (Sedition Act) dan undang-undang keamanan internal (Internal Security Act/ISA). Dikeluarkan Sedition Act dipenuhi kontroversi, karena undang-undang itu dianggap rasis dan hanya membela satu etnis tertentu.
Usai menjabat sebagai menteri, Zainudin mencoba untuk merebut kursi parlemen mewakili Sungai Petani. Tetapi dirinya dikalahkan oleh Datuk Johari Abdul dari Partai Keadilan Rakyat, yang dipimpin oleh Anwar Ibrahim.
Ada dugaan, bahwa tulisan yang menghina mantan Presiden Habibie itu adalah bentuk serangan juga kepada Anwar Ibrahim, yang selama ini dikenal sebagai oposisi Pemerintah Malaysia. Kebencian Zainudian terhadap Anwar dan Habibie terlihat dari cibirannya mengenai pujian dari Anwar atas keberhasilan Habibie dalam menyelesaikan masalah tenaga kerja Indonesia (TKI).
Zainudin pun menunjukkan persamaan antara Habibie dan Anwar yang dianggap pengkhianat dari pemimpin yang telah membawa mereka pulang dari perantauan. Tidak lupa dirinya juga mengkritik Anwar yang bermaksud untuk menyerahkan Malaysia kepada IMF dan imperialisme baru, sebelum sempat menjadi perdana menteri. Terakhir Zainudin menyebutkan, Habibie dan Anwar tidak lebih dari sebagai "The Dog of Imperialism."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar adalah proyeksi pemahaman. Orang paham pasti bisa komentar