Dalam beberapa bulan terakhir tensi negara-negara yang terlibat dalam sengketa wilayah di perairan Laut Cina Selatan terus meningkat. Pemerintah China berencana menambahkan sekitar 1000 personil angkatan laut dan sejumlah peralatan baru untuk menjaga kepentingannya di kawasan tersebut.
Petugas pengawas perairan Cina, Sun Shuxian mengatakan frekuensi kegiatan patroli laut akan lebih ditingkatkan, Langkah ini dilakukan untuk memperkuat penegakan hukum Cina di wilayah perairan yang mereka klaim.
Konfrontasi-konfrontasi sering terjadi antara China dan negara-negara tetangganya. Belum lama ini, China mendeklarasikan bahwa Laut China Selatan merupakan salah satu “core interest”negara China. Artinya salah satu prioritas Beijing adalah menguasai wilayah Laut China Selatan dan tidak segan untuk mengabaikan kepentingan negara tetangga dan hukum laut internasional.
Tetapi kita ketahui bahwa China tidak cukup kuat atau berani untuk melawan seluruh ASEAN secara besar-besaran. Di situlah peran dari maneuver-manuver politik China dalam meraih ambisinya. Pertanyaan yang cukup konvensional adalah apakah motivasi China dalam menguasai wilayah Laut China Selatan? Serta manuver politik seperti apa yang diterapkan untuk mencapai tujuannya, menguasai Laut China Selatan.
Klaim Banyak Negara
Selain Cina dan Vietnam, beberapa negara lain seperti Filipina, Brunei, Malaysia, dan Taiwan juga saling berebut wilayah di kawasan yang kaya kandungan minyak dan gas itu. Namun dari semua negara yang mengklaim wilayah di Laut Cina Selatan, sengketa antara Cina dan Vietnamlah yang paling keras.
Sebelum 1974, Cina dan Vietnam Selatan sama-sama menguasai sebagian kepulauan Paracel. Perebutan wilayah ini memicu konflik bersenjata singkat tahun 1974 yang menewaskan 18 orang. Dan sejak saat itu Cina menguasai sepenuhnya kepulauan Paracel.
Pada 1988, konflik angkatan laut kedua negara pecah di Kepulauan Spratly -tepatnya di sebelah selatan Karang Chigua- yang menewaskan 70 orang tentara laut Vietnam
Konflik di Laut China Selatan
Dalam sejarahnya, wilayah Laut China Selatan memiliki peran dan arti geopolitik yang sangat besar karena menjadi titik temu Negara China dengan tetangga-tetangganya terutama yang berada dalam wilayah ASEAN dalam hal sejarah, masalah teritorial, keamanan dan juga hal-hal seperti seumber daya alam dan energy security. Persengketaan China di wilayah ini mencakup dua persoalan utama yaitu kedaulatan teritorial dan kedaulatan maritim.
Kedaulatan teritorial membahas tentang kepemilikan wilayah daratan yang ada di daerah ini sementara persengketaan kedaulatan maritim berhubungan dengan penetapan batas yang diijinkan oleh Konvensi
Hukum Laut PBB (UNCLOS III) 1982.UNCLOS menetapkan bahwa kedaulatan teritorial laut adalah 12 mil dari tepi pantaiZona Ekonomik Eksklusif (EEZ) sejauh mil. Hal ini penting karena negara yang memiliki kedaulatan atas pulau-pulau tersebut juga berhak memiliki sumber daya alam termasuk gas dan minyak bumi.Dalam ranah teritorial ada beberapa konflik yang terjadi di Laut China Selatan antara lain Macclesfield Bank, Scarborough Shoal, dan pulau Pratas.
Namun persengketaan utama yang sedang terjadi di Laut China Selatan adalah perebutan kepulauan Spratly dan Paracel.
Potensi Laut China Selatan
Selain nilai ekonomi sumber daya alam yang kaya minyak dan gas, perairan seluas 3,5 juta kilometer persegi itu juga dikenal sebagai jalur lalu lintas perdagangan internasional yang sangat strategis untuk kepentingan militer khususnya manuver kapal selam nuklir dan deterrence.
Cadangan Minyak dan Gas Alam
Pada tahun 1968 ditemukan cadangan minyak bumi yang menaikkan nilai Laut China Selatan secara dramatis. Cadangan minyak di laut China Selatan sebesar 7,5 barrel dan saat ini produksi minyak bumi mencapai 1,3 juta barrel per hari, yang setengahnya adalah hasil produksi Malaysia. Produksi minyak juga terlihat meningkat pada tahun-tahun terakhir karena adanya produksi tambahan dari China, Malaysia dan Vietnam.
Ditemukannya cadangan-cadangan minyak di negara-negara tersebut menimbulkan spekulasi bahwa kepulauan Spratly dan Paracel merupakan daerah kaya minyak yang be;um dieksplorasi. Cadangan minyak potensial di kepulauan Spratly dan Paracel diperkirakan sampai 105 milyar barrel dan di seluruh Laut China Selatan 213 milyar barrel. Meskipun bukti keberadaan cadangan tersebut belum begitu kuat, perkiraan China yang optimis ini menimbulkan ketertarikan besar terhadap wilayah ini.
Sumber daya hidrokarbon Laut China Selatan yang sering dilupakan adalah gas. Bahkan gas alam diperkirakan sebagai daya hidrokarbon yang jumlahnya banyak. Menurut estimasi Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) 60% - 70% hidrokarbon di kawasan merupakan gas alam.
Jalur Pelayaran Penting
Laut China Selatan merupakan superhighway karena laut ini salah satu jalur pelayaran internasional paling sibuk di dunia. Lebih dari setengah lalu lintas supertanker dunia berlayar melalui jalur ini.bahkan lebih dari tiga kali lalu yang melewati Kanal Suez dan lebih dari lima kali lipatnya kanal Panama.
Upaya China Menguasai Laut China Selatan
Penguasaan wilayah Laut China Selatan tidak dapat disangkal lagi dapat memberikan China keunggulan di kawasan Asia Pasifik mulai dari kedaulatan wilayah, keunggulan dan energi sampai kemampuan strategis militer seperti proyeksi kekuatan dan daya penggentar nuklir. China sudah bertahun-tahun melancarkan aksi-aksi untuk mencapai keunggulan tersebut dan tampak tidak segan untuk menggunakan cara-cara yang legalitasnya dapat dipertanyakan.
Meskipun begitu, kemampuan China melancarkan aksi ini terbatas karena adanya kekuatan-kekuatan penyeimbang seperti ASEAN dan hukum-hukum internasional seperti UNCLOS. Untuk mengakali
keterbatasan tersebut China mengandalkan prinsip negosiasi bilateral yang digunakannya untuk menumbangkan negara-negara lawan secara satu demi satu untuk melemahkan kekuatan penyeimbang yang ada.
Persoalannya bagaimana memastikan agar China tidak akan menggunakan kekerasan? Di sinilah pentingnya keterlibatan ASEAN sebagai sebuah organisasi internasional yang netral dan menjadi fasilitator bagi negara-negara yang bersengketa.
Bagaimana Peranan Indonesia?
Walaupun Indonesia bukan menjadi salah satu negara yang ikut ngotot mengklaim wilayah ini. seyogyanya Indonesia yang memiliki garis demarkasi pantai terpanjang dan terbesar di kawasan Asia turut berhati-hati dengan kewaspadaan tinggi.
Melihat letak geografis negara-negara pengklaim yang sangat dekaat antara Malaysia, Filipina, Brunei, Vitenam, dan Indonesia bukan tidak mungkin jika perang meletus di kawasan ini, mau tidak mau Indonesia pun juga akan terlibat masuk didalamnya.
Indonesia juga harus unjuk kekuatan! Setidaknya menjadi penggetar bahwa di sini masih ada negara berdaulat dan punya kekuatan. Bila Indonesia saat ini sebagai negara yang menjabat ketua ASEAN sebaiknya ambil peran aktif untuk membuat konflik ini sebagai motivasi peningkatan kerjasama negara-negara ASEAN.
Vietnam dan Filipina telah mengadu pada Ketua ASEAN (Indonesia), adakah Pak SBY punya nyali?
Baca :
Kekuata Militer China
Kapal perang Cina mendekati perairan Filipina,
pak SBY ora wani.....
BalasHapus